Membaca Realitas
728×90 Ads

Didemo Karena Hambat Pernikahan, Begini Penjelasan Kades Umaloya

SANANA (kalesang) – Kepala Desa (Kades) Umaloya, Kabupaten Kepulauan Sula, Heder Kailul angkat bicara terkait tudingan dirinya menghambat proses administrasi pernikahan warga yang berujung pemboikotan kantor desa pada Senin (6/6/2022) kemarin.

Heder Kailul menjelaskan, bukan dirinya tidak mau membuat administrasi sejumlah warga berupa surat keterangan tidak mampu maupun persyaratan  N1-N5. Tapi, pada saat itu bertepatan dengan festival Tanjung Waka, tiap desa diminta oleh Pemda Kepulauan Sula untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Saat itu, ia memerintahkan seluruh warga untuk mengecat pagar rumah masing-masing. Namun ada salah satu warga bernama Sulaiman Umalekhoa tak mengindahkan perintah tersebut.

“Dari situ istrinya datang untuk membuat surat keterangan tidak mampu. Saya tanya kenapa pagar di rumah kalian belum di cat. Saya pun langsung bilang, suruh suami kamu datang ambil cat di kantor desa supaya nanti cat pagar kalian. Kalau pagar kalian sudah di cat barulah bawa berkas kalian biar saya tanda tangan.” Kata Heder kepada kalesang.id, Rabu (8/6/2022).

BACA JUGA: Gara-Gara Hambat Pernikahan, Warga Boikot Kantor Desa Umaloya

Namun kabar lain yang diterima Heder kalau dirinya dilaporkan ke Camat Sanana bahwa tak mau menandatangani surat ijin keterangan tidak mampu.

“Begitulah cerita yang sebenarnya.” Ucapnya.

Mengenai persyaratan nikah N1-N5 yang dipersoalkan warga, Heder mengaku hal tersebut sengaja belum ditindak lanjuti, mengingat beberapa kali acara pernikahan dilaksanakan tanpa sepengetahuan dirinya selaku pimpinan di desa tersebut.

“Jadi, yang nama Risal Umalekhoa itu memang benar dia datang berulang-ulang kali ke saya baik datang di rumah maupun kantor desa. Saya tanya siapa yang mengatur hajatan pernikahan kamu?, karena selama ini saya tidak pernah diberitahu ada warga saya yang mau menikah. Apalagi dia kan mau menikah di desa lain. Risal menjawab bahwa yang mengatur semua ini adalah orang tuanya. Jadi saya menyuruh dia bersama orang tuanya datang untuk bertemu langsung dengan saya. Sebab mereka adalah warga saya. Tapi Risal beralasan katanya ayah sudah keluar dengan motor.” Kisahnya.

Lanjut Heder, setelah menunggu kedatangan Risal dan ayahnya, yang datang adalah kabar kalau dirinya kembali dilaporkan ke Camat Sanana.

“Dia (Risal) lapor saya ke camat dan langsung memberitakan saya di salah satu media online. Saya pun tidak pernah bilang bahwa tidak akan menandatangani persyaratan nikahnya. Saya hanya minta  mereka agar bisa berkoordinasi dengan saya. Sebab menikah itu berkaitan dengan adat. Selain itu juga beberapa kali undangan nikah di Desa Umaloya ini nama saya tidak dicantumkan ke dalam undangan seperti turut mengundang. Hal ini terjadi sudah sekira tiga kali.” Ujarnya.

Menurut Heder, tidak semua warga akan diperlakukan demikian. Ia hanya menginginkan ada pengakuan dari warga bahwa dirinya adalah pemimpin di Desa Umaloya.

“Hal ini jika saya membiarkan terus-menerus dan tidak pernah selesai. Maka takutnya jangan sampai desa-desa lain melakukan hal serupa dan jika terjadi saya bisa pastikan Kepulaun Sula bakal tidak pernah aman.” Cetusnya.

Heder berharap agar seluruh masyarakat Desa Umaloya agar sadar karena berada pada satu rumpun dan tidak ada perbedaan diantara sesama.

“Jika ada hal-hal menyangkut dengan keagamaan kita bisa panggil imam atau pun badan sarah resmi yang diangkat berdasarkan SK. Mari kita sama-sama saling menghargai antara satu dengan yang lain agar kita bisa membangun desa yang lebih baik lagi kedepan.” Harapnya.(tr-02)

 

Reporter: Karman Samuda
Redaktur: Zulfikar
300×600
728×90 Ads