Oleh: Naufaldi Hadyan Saleh
Di bagian timur Indonesia kita semua mencoba mengingat kembali aroma harum semerbak rempah yang tercium hingga pelosok dunia. Sebuah negeri yang dianugerahi Tuhan kekayaan rempah melimpah membuat semua bertanya dimanakah tempat tersebut. Apa nama negeri tersebut. Apakah kita bisa ke sana. Pertanyaan tersebut barangkali menjadi tanda tanya besar para penjelajah barat waktu itu hingga mereka mengetahui bahkan sampai ke negeri yang mereka idamkan. Sebuah negeri yang konon katanya bernama Al Jazirah Al Mamluk yang berarti negeri para raja. Benar rasanya negeri tersebut berdirih kokoh 4 kerajaan besar pada masanya, kerajaan para raja hebat dengan julukan Momole, Kolano, hingga sultan. Salah satu dari empat kerjaan, di antaranya Ternate. Ternate kota kecil kaya nan budaya, rempah, bahkan sampah. Dahulu Ternate menjadi salah satu tujuan perniagaan bangsa barat di nusantara. Kota terbuka bagi siapapun yang mau menetap di sana. Hidup di bawah kaki sebuah gunung membuat masyarakat Ternate tumbuh dengan adat istiadat se atorang. Etape demi etape perjalanan menasbihkan Ternate masih tetap kokoh berdiri hingga sekarang. 773 tahun Ternate berusia tentu tidak mudah bagi sebuah negeri. Ternate bereskalasi sampai saat ini ada pencapaian namun ada juga hajat yang belum terpenuhi.
Hajat tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif. Hajat sebenarnya adalah ungkapan rasa syukur atas apa yang didapatkan semisal tetangga membuat hajatan hari kelahiran, aqiqah, hingga hal yang dianggap perlu untuk dibuat agar mendaptkan keberkahan. Tetapi ada juga yang menafsirkan hajatan adalah sebuah doa, keinginan atau pun cita-cita yang hendak dicapai. Tentu 773 tahun Ternate diperhadapkan dengan segudang masalah yang harus dicarikan solusi. Ekspresi hajat Ternate ke 773 harusnya disesuaikan dengan cita-cita Ternate bersih, Ternate sehat sebagaimana tema Hajat tahun ini. Mari melihat Ternate saat ini, pelosok negeri Gapi selalu disuarakan sampah yang tak kunjung terselesaikan. Masalah yang 5 tahun terakhir ini nyanyian suaranya sangat keras. Saling menyalahkan, baik pemegang kekuasaan negeri atau pun masyarakat. Pemerintah yang seharusnya hadir dan menangkap keluhan itu. Upaya demi upaya terus dilakukan dalam mengatasi sampah tetapi nihil dalam realisasinya. Orang pun mempertanyakan janji-janji yang disuarakan pada saat Pemerintah Andalan sampaikan. Pengolahan sampah pertisipatif model bagaimana yang hendak dilaksanakan Pemerintah Kota. Di sisi lain problem yang harus dicarikan solusi ada krisis air bersih. Hidup di bawah kaki gunung di kelilingi laut, tetapi Ternate hari ini masyarakatnya sangat susah mendapatkan air bersih. Padahal air merupakan kebutuhan utama masyarakat sehingga hajat-hajat seperti ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Di lain sisi masih terjadi ketimpangan pembangunan di tiga kecamatan terluar di Kota Ternate, pemenuhan akses jalan di pulau Batang Dua misalnya harus cepat diselesaikan sehingga masyarakat merasakan buah manis pembangunan. Pemeretaan akses komunikasi, jaringan internet pada tiga kecamatan terluar harus terus ditingkatkan demi menunjang aktivitas masyarakat di era digital. Saat ini kita masih menjumpai banyak perkampungan kumuh yang masih jauh dari kata lingkungan yang sehat, tetapi beberapa waktu lalu Ternate mendapatkan penghargaan sebagai salah satu kabupaten/kota dengan predikat kota sehat. Momentum hajat ke 773 mengangkat tema Ternate bersih, Ternate sehat, tema yang tidak sekadar frasa belaka, tetapi menjadi harapan yang wajib direalisasikan sesuai dalam empat belas program prioritas Ternate Andalan. Masyarakat menunggu tindakan kongkrit yang langsung dirasakan manfaatnya sampai ke elemen terbawah. Hajat lainnya yang tidak kala penting adalah pemerataan pusat pertumbuhan ekonomi kota. Pemerintah harus mampu menghadirkan pemerataan ekonomi, artinya pusat ekonomi kota tidak hanya terletak di dalam kota saja, tetapi seluruh kecamatan di Kota Ternate harus menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru Ternate. Pemeratan ekonomi dapat dilihat dengan indikator pendapatan per kapita masyarakat meningkat. Hal itu dapat diwujudkan jika pemerintah mampu adil dalam pemerataan pembangunan dan pemanfaatan UMKM masyarakat. Ini menjadi hal yang penting, karena pertambahan penduduk yang tinggi sangat memicu penurunan pendapatan per kapita, apalagi ketidakseimbangan pertumbuhan tersebut hanya terpaku oleh satu dua kecamatan saja.
Hajat lainnya yang tidak kala penting adalah bagaimana mengembalikan adat dan budaya orang Ternate seperti dahulu kala yang terawat mulai dari leluhur hingga anak cucu mereka, sebagaimana juga tertuang dalam salah satu poin misi Ternate Andalan, yakni menumbuhkembangkan kelembagaan sosial dalam bingkai tujuh nilai dasar kebudayaan Ternate (kie se gam magogugu matiti tomdi). Hajat harus dimaknai sebagai ungkapan syukur atas karunia yang diberikan Tuhan dan ikhtiar menjadi lebih baik dalam menyongsong masa depan yang cerah. Selamat hari jadi Ternate ke 773 mari menuju Ternate bersih Ternate sehat.***