Membaca Realitas
728×90 Ads

Kebudayaan dan Sosial

Pengaruh budaya pada kehidupan masyarakat modern dalam suatu kegiatan ekonomi. Selain warisan budaya berorganisasi, dalam perjalanan peradaban kehidupan sosial manusia, bangsa Indonesia juga diwariskan beberapa budaya yang bermanfaat dan cukup berpengaruh pada kehidupan ekonomi masyarakat.

Budaya yang awalnya bertujuan seni dan penggunaannya pada kalangan tertentu, kita sebut saja budaya kain batik pada masyarakat modern pengaruhnya cukup signifikan. Selain sebagai simbol budaya maupun simbol seni suatu peradaban, budaya kain batik kini cukup berpengaruh pada dunia perdagangan dan ekonomi tentunya.

Selain kain batik kini menjadi komoditi ekonomi dan perdagangan yang cukup menjanjikan dalam menghasilkan pundi-pundi keuntungan financial bagi masyarakat, batik juga cukup berpengaruh pada bisnis-bisnis pariwisata, dimana batik erat kaitannya dengan warisan budaya yang menjadi daya tarik masyarakat domestik dan asing untuk mempelajari dan mengenal lebih jauh lagi akan budaya kain batik tersebut.

Namun ada juga pengaruh negatif budaya dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat, contohnya adalah pengaruh budaya terhadap perekonomian pedesaan. Salah satu faktor kemiskinan yang terjadi di pedesaan adalah banyaknya ritual yang harus dilaksanakan dikarenakan umumnya masyarakat pedesaan masih terikat dengan budaya dan adat istiadat. Biaya ritual yang semakin tinggi menyebabkan kemiskinan. Karena demi memenuhi kebutuhan ritual, orang-orang rela meminjam uang dan akibatnya terlilit hutang. Contohnya adalah budaya Nyumbang di Jawa.

Nyumbang biasanya dilakukan dengan membantu kerabat, tetangga, teman, saudara yang sedang punya hajat, entah itu hajat melahirkan, mantu (mantenan), sunatan, maupun kematian. Bentuk sumbangan bisa berwujud uang, barang, tenaga maupun pikiran. Seiring perjalanan waktu, tradisi Nyumbang ikut mengalami pergeseran nilai.

Tradisi yang semula bernilai solidaritas sosial tinggi ini pada akhirnya mengalami proses kapitalisasi. Nyumbang yang awalnya kental dengan nuansa solidaritas organis, solidaritas berdasarkan ketulusan,  telah berubah menuju solidaritas mekanis, solidaritas berdasarkan untung rugi.

Penyelenggaraan hajatan tidak lagi semata-mata wujud akan ketaatan kepada tradisi, namun kepentingan-kepentingan ekonomi ikut bermain. Tradisi Nyumbang sudah bergeser dari orientasi sakral menuju kepentingan uang.

Di bidang pertumbuhan ekonomi, pemimpin harus mampu membaca situasi peluang ekonomi yang ada bagi masyarakat Halmahera timur yang menjadi pedagang kaki lima dan anak anak Halmahera Timur yang menjadi pengangguran harus diperdayakan bukan diperdaya.

Tidak ada keberpihakan kepada masyarakat pengusaha Halmahera Timur, padahal telah terjadi masalah-masalah ekonomi yang dapat dijadikan peluang ekonomi yang luar biasa bagi Halmahera Timur. Kebanyakan pemimpin dari tahun ke tahun hanya menjadi pemberian janji manis kepada masyarakat Halmahera Timur.

Coba kita lihat dengan dana Otsus triliun rupiah lalu perhatian posisi-posisi jualan masyarakat Halmahera Timur  dan pengusaha anak Halmahera Timur, khusus untuk Halmahera Timur hampir di seluruh Halmahera Timur  mereka selalu berjual di emperan tokoh, di samping jalan-jalan, dan lain-lain. Semua itu sangat menyakitkan dan membunuh kebudayaan komunal. Sangat tidak berbanding lurus dan mulus.

Bukan hanya itu, masalah pendidikan juga wajib menjadi perhatian pemerintah. Banyak pembangunan sekolah-sekolah yang mengalami pembungkaman ruang-ruang diskusi dimatikan, demokrasi dipadamkan dan hal lain membutuhkan perhatian dan kebijakan serius dari pemerintah, jangan terlalu menganggap rendah akan suatu kejadian atau masalah situasional dari berbagai kampus-kampus selalu tekanan fisik manual maupun fasisme mahasiswa nasional selalu dimanipulatif ideologis berpikir bebas.

Selain itu, pembangunan non fisik selalu diperhatikan investasi Pemerintah Maba Tengah, khususnya bagi pendatang yang menjadi pemimpin di setiap wilayah-wilayah lainnya. Jangan hanya terlalu sibuk dengan hal-hal  yang bersifat makmur dan kesejahteraan bagi masyarakat Halmahera Timur.

Pemimpin yang revolusioner adalah pemimpin yang dengan sigap mampu menyikapi situasi yang terjadi di dalam kehidupan rakyatnya. Jangan hanya duduk manis di kantor berdasi dengan berbagai macam ide-ide cemerlang omong kosong dan kehausan penyesatkan rakyat ketertindasan.

Kesimpulan;

Hubungan antara budaya dan ekonomi membawa pegaruh positif dan negatif dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada sikap masyarakat dalam menanggapi dan menyikapinya.***

 

728×90 Ads