Ternate, Kalesang – Swalayan Tara No Ate , pusat oleh-oleh khas Ternate dan Maluku Utara, mencatat peningkatan signifikan jumlah pengunjung dalam beberapa bulan terakhir. Tempat yang dikenal sebagai destinasi belanja utama wisatawan ini kini menjadi titik akhir favorit para wisatawan untuk membeli oleh-oleh sebelum meninggalkan Kota Ternate.
Hal tersebut disampaikan oleh Burhanudin Syamsi Rope , Direktur Swalayan Tara No Ate, saat ditemui pada Kamis (30/10/2025). Menurutnya, peningkatan pengunjung mencapai hingga 90 persen , dengan mayoritas berasal dari wisatawan domestik yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Ternate.
“Peningkatan pengunjung memang fluktuatif, kadang naik kadang turun, tergantung event yang digelar. Misalnya saat kunjungan Wapres Gibran Rakabuming Raka ke Ternate, itu berdampak besar terhadap peningkatan penjualan produk,” ungkap Burhanudin.

Selain peningkatan kunjungan, geliat produk lokal di swalayan tersebut juga terus berkembang. Jika sebelumnya hanya tersedia sekitar seribu produk, kini jumlahnya telah menembus lebih dari dua ribu item .
“Sekarang ada lebih dari dua ribu produk dari berbagai varian — ukuran besar, kecil, pedas, original, sampai balado. Semua dihitung per item sesuai barcode, jadi jumlahnya terus bertambah,” jelas Burhanudin.
Pertumbuhan produk ini juga meningkat dengan semakin banyaknya UMKM lokal yang bergabung. Produk-produk seperti Coklat Sulamina dari Kepulauan Sula , kenari dari Halmahera Selatan , Madu Sanana , serta kaos Jaga Sula , kini semakin menghiasi etalase Tara No Ate.

“Sejak 2014 sampai sekarang, jumlah UMKM yang bergabung terus meningkat. Dulu hanya 28 pelaku, sekarang sudah lebih dari 60 sampai 70 UMKM. Awalnya hanya dari Kota Ternate, tapi kini sudah ada dari Pulau Moti, Halmahera Selatan, dan Kepulauan Sula,” tambah Burhanudin.
Meski demikian, tantangan masih menghadang terutama dalam pendistribusian produk ke luar daerah. Biaya pengiriman yang tinggi membuat minat pembeli dari luar Maluku Utara belum maksimal.
“Permintaan keluar daerah masih sedikit karena ongkos kirim mahal. Misalnya, ke Jakarta bisa Rp70.000–Rp80.000 per kilo. Kalau harga barang cuma Rp30.000–Rp40.000, tentu rugi. Jadi biasanya mereka kumpul beberapa orang dan patungan belanja satu kali,” pungkas Burhanudin.
Dengan tren pengunjung yang meningkat dan bertumbuhnya pelaku UMKM lokal, Swalayan Tara No Ate terus menunjukkan peran pentingnya sebagai etalase produk unggulan Ternate dan Maluku Utara, serta menjadi destinasi belanja wajib bagi wisatawan yang ingin membawa pulang cita rasa dan kreativitas daerah ini.
Reporter : Niar Naraya

