Membaca Realitas
728×90 Ads

Wacana Kepemimpinan Dalam Konsep Ketauhidan

Oleh: Rahmat Akrim

 

Hidup sejahtera, bahagia, dan berkemajuan adalah impian seluruh umat manusia di muka bumi ini. Untuk memenuhi beberapa unsur di atas maka, peran pemimpin sangat penting dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan terhadap rakyatnya. Pemimpin yang mampu mewujudkan ketiga unsur diatas adalah pemimpin yang mampu mengelola , mengarahkan, mengontrol, serta memberikan contoh yang baik demi tercapainya negara ideal.

Negara ideal merupakan negara yang mampu menegakkan hukum dalam negaranya serta mampu memberdayakan dan mensejahterakan rakyatnya baik dari bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial dan budaya.

Dalam mewujudkan negara ideal maka konsep ketauhidan serta pendidikan moral harus ditanamkan dalam diri seorang pemimpin sehingga dapat mampu mewujudkan negara yang bersih, sejahtera, dan berkemajuan. Hal ini senada dengan apa yang ditawarkan oleh seorang pemikir asal Turki, Al-Farabi.

Realitas membuktikan bahwa pemimpin di negara-negara modern saat ini jauh dari konsep ketauhidan, sehingga acapkali melahirkan masalah sosial seperti ekonomi, politik, dan kebudayaan yang itu berdampak pada lambatnya perkembangan perekonomian suatu negara.

Akhir-akhir ini berbagai problem sering terjadi di negara kita. Seperti baru-baru ini yakni adanya wacana penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang barang tentu punya relevansi dengan isu perpajangan masa jabatan presiden, ditambah lagi dengan masalah naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menjadi isu hangat sampai setingkat daerah.

Mengenai masalah-masalah yang terus terjadi ini, tentu saja mengundang berbagai kalangan untuk membuat suatu penafsiran serta menghubungkan masalah-masalah tersebut dengan situasi politik yang berujung pada masalah perekonomian suatu bangsa yang mana akan berdampak di kemudian hari.

Berbagai gambaran realitas sosial seperti diatas merupakan problem yang sering terjadi di negara kita saat ini. Masalah sosial yang datang silih berganti itu merupakan kegagalan dari seorang pemimpin yang tidak mampu mengimbangi dan mencari solusi dalam persoalan tersebut. Untuk menyikapi hal tersebut pemimpin harus membutuhkan kekuatan mental sebagai dasar pijakan agar mampu membendung serta membentuk kajian moral sebagai basis terbesar dalam menghadapi berbagai fenomena sosial.

Belajar dari Umar Bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu pemimpin yang terbilang sukses dalam masa kepemimpinannya. Ia di kenal dengan pemimpin yang paling dekat dengan rakyatnya, masa kepemimpinannya sekitar 2,5 tahun. Bagi seorang pemimpin waktu 2,5 tahun merupakan waktu yang begitu singkat untuk membangun sebuah negara. Namun Umar bin Abdul Aziz mampu untuk mewujudkan negara ideal yang jauh dari kesengsaraan.

Sebelum menjadi seorang pemimpin Umar bin Abdul Aziz telah menghafal Al-Qur’an, selain itu ia adalah salah satu orang yang sangat mendalami ilmu pengetahuan dan banyak belajar pada ulama-ulama besar dimasa hidupnya.

Sejarah telah mencatat bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemimpin yang sangat kharismatik, bijaksana, dan adil. Sepak terjangnya sebagai seorang pemimpin membuat dinasti Umayyah mencapai kemakmuran dan kejayaan. Ia sosok yang melegenda karena kesederhanaan dan konsistensi terhadap kepemimpinan.

Apa yang menjadikan Umar bin Abdul Aziz mampu membangun negara ideal diwaktu yang begitu singkat? Jika kita membaca perjalanan hidup Umar maka beliau adalah salah satu pemimpin yang sangat takut terhadap Allah SWT. Hal inilah yang mendorong Umar untuk selalu berbuat adil sekalipun keluarganya sendiri.

Ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran keislaman menjadi alasan kedua mengapa Umar bin Abdul Aziz terkenal dengan kesederhanaan, sebab menurutnya manusia pada dasarnya sama di mata Allah SWT. Ajaran-ajaran keislaman inilah yang membentuk moral pada diri seorang Umar bin Abdul Aziz sehingga ia mampu untuk membendung berbagai masalah yang terjadi.

Sekalipun masa kepemimpinannya begitu cepat, namun ia tercatat sebagai pemimpin yang mampu menciptakan perubahan di segala sudut kehidupan. Konsisten, menegakkan hukum dengan adil, serta bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan negara merupakan resep beliau dalam memimpin suatu negara.

Kebijakan dari seorang pemimpin bukanlah suatu hal yang pasti jika masih menjadikan hukum sebagai instrumen dalam menutupi kemunafikan, kenyataan historis membuktikan bahwa perilaku penyimpangan sering terjadi bahkan di legalkan. Hal ini dikarenakan terjalinnya hubungan yang rapat antara hukum dan perorangan.

Solusi yang baik demi menciptakan negara bersih, sejahtera, dan berkeadilan adalah teciptanya leader yang aktif. Keaktifan itu dilihat dari sendi-sendi bagaimana ia mampu mengelola pemerintahan dengan baik sehingga melahirkan negara ideal. Sebab menciptakan atau melahirkan negara ideal bagi Socrates adalah mempunyai leader yang baik demi mewujudkan keadilan dan kebahagian bagi seluruh warga negara.***

728×90 Ads