Membaca Realitas
728×90 Ads

Jokowi Klaim Harga Pertalite di Indonesia Paling Murah di Dunia

JAKARTA (kalesang) – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengklaim harga BBM jenis pertalite dan minyak goreng di Indonesia paling murah dibanding dengan harga jual di negara-negara lain.

Jokowi mengatakan, selain lebih murah dari Jerman, harga pertalite di Indonesia juga lebih murah daripada bensin di Amerika Serikat (AS). Dimana harganya mencapai Rp18.000/liter. Begitu juga yang terjadi di Thailand Rp20.800/liter, disusul Singapura Rp32.000/liter. 

“Yang namanya Pertalite ini, kita tahan-tahan betul agar tidak naik dan harganya tetap di Rp7.650 per liter. Padahal, kalau saya lihat misalnya di Jerman, bensin sudah Rp31.000 per liter, sudah hampir dua kali lipat.” Ungkap Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo di Balai Ekonomi Desa Ngargogondo, Magelang, Jawa Tengah yang dilansir CNNIndonesia.com, Sabtu (21/5/2022).

“Tapi subsidi dari APBN itu gede sekali. Masalahnya adalah tahan kita sampai kapan kalau perangnya enggak rampung-rampung.” Kata Jokowi menambahkan.

Menurutnya bukan hanya harga pertalite, minyak goreng di dalam negeri ternyata paling murah se-dunia. Ia menyebut harga minyak goreng curah berada di kisaran Rp14.500/liter.

“Tadi saya cek di Pasar Muntilan, karena saya mampir di Pasar Muntilan tadi, cek harga berapa Rp14.500/liter.” Ujarnya.

Sementara, menurut informasi yang didapatkan, bahwa harga minyak goreng di Jerman mencapai Rp47.000/liter. Begitu juga dengan Singapura sekitar Rp41.000/liter dan AS Rp45.000/liter.

“Artinya kita ini masih bisa mengendalikan inflasi”. Tegasnya.

Meski demikian, terdapat tanggapan dari Nailul Huda, seorang Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang menilai bahwa pernyataan orang nomor satu yang menyebut harga BBM dan minyak goreng di Indonesia lebih murah dari negara lain di dunia itu sangat tidak tepat. Kemudian Huda pun mengingatkan pemerintah agar tidak terlalu percaya diri.

“Tidak apple to apple (seimbang) kalau bandingkan harga antar negara tersebut karena ada perbedaan juga dalam purchasing power masing-masing masyarakat. Jadi pemerintah jangan terlalu pede (percaya diri) dengan data yang sesat itu.” Ujarnya.

Harga Pertalite dan minyak goreng di Indonesia memang lebih murah. Namun, ada perbedaan daya beli masyarakat di negara-negara yang disebutkan Jokowi itu. Karena itu, perbandingan Jokowi tidak seimbang.

“Harga BBM dan minyak goreng di Jerman, Singapura, atau Amerika ya bisa saja tinggi, tapi pendapatan mereka juga tinggi. Harga BBM dan minyak goreng dua kali lipat dari kita, tapi pendapatan masyarakatnya juga dua kali lipat dari pendapatan kita.” Jelas Huda.

Lebih lanjut, Huda menuturkan wajar jika harga minyak goreng lebih murah di dalam negeri. Sebab, Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia.

Sayangnya, minyak goreng malah sempat langka di Tanah Air, harganya pun kini melambung.

“Tapi sekarang, kita produsen CPO terbesar, eh malah barang susah didapatkan dan harganya tidak bisa dijangkau masyarakat.” Ucapnya.

Selain itu, Huda mengingatkan agar suntikan subsidi BBM ini betul-betul diperhatikan, sehingga tidak membebani APBN. Karena itu, Huda mengatakan pemerintah perlu mencari alternatif sumber pendapatan negara lain untuk bisa menutup kebutuhan subsidi energi.

“Pemerintah bisa memilah beban belanja yang berdampak luas ke masyarakat, sehingga cukup ruang fiskal.” katanya.

Lanjutnya, pemerintah bisa menaikkan harga Pertalite jika beban APBN sudah terlalu besar. Namun, kenaikan harga mesti dilakukan di waktu yang tepat.

“Ketika harga-harga kebutuhan sudah stabil, saya rasa tepat untuk menaikkan harga Pertalite. Tapi kalau dalam waktu dekat harga minyak masih tinggi, kebutuhan lainnya juga masih tinggi, maka kurang tepat untuk menaikkan harga Pertalite.” Pungkasnya.(tr-08)

 

 

Reporter: M. Rifdi Umasangadji
Redaktur: Zulfikar
728×90 Ads