Membaca Realitas

Kisah Inspiratif Fatma, Pedagang Es Cendol Depan Gedung DPRD

Titipkan Anak Semata Wayang demi Menopang Ekonomi Keluarga

TERNATE (kalesang) – Wajah Fatma selalu tampak semangat. Tidak pernah terlihat sedih. Rasa lelah pun sepertinya tak ia rasakan, meski harus berjemur di bawah sengatan matahari di Kota Ternate yang panas.

Setiap hari dengan senyum ramah, Fatma selalu cekatan melayani satu-persatu pelanggan yang tampak tak sabar menunggu pesanan.

Siang itu, depan gedung DPRD Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Seperti har-hari sebelumnya, Fatma sang pedagang es cendol menggunakan sepeda motor, tampak menunggu pelanggan datang.

Demi memenuhi kebutuhan keluarga, Fatma rela menitipkan anak semata wayangnya yang masih berusia empat tahun kepada mertuanya. Sementara sang suami yang berprofesi sebagai tukang ojek pendapataanya tak menentu.

Hal ini juga yang memicu Fatma rela banting tulang demi menopang kehidupan keluarga. Wanita asal Gorontalo itu rela meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah sering sakit di kampungnya, demi mendampingi sang suami untuk mengais rezeki di kota rempah ini.

“Saya punya orang tua samua ada di Gorontalo. Cuma mama sudah sering sakit-sakitan. Memang mama sudah seperti itu sejak lama. Tapi ada kakak yang rawat.”Ucapnya sedih sembari menunduk kepala saat berbincang-bincang dengan kalesang.

Fatma menuturkan jika kedua orang tuanya sering menelpon, meminta agar dirinya pulang ke Gorontalo. Namun dengan wajah sedih Fatma mengaku belum punya cukup uang untuk pulang.

Lepas menyampaikan hal itu, Fatma terdiam, matanya menerawang memikirkan orang tuannya. “Semoga mereka (orang tuanya) selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan.”Pintanya beberapa saat kemudian.

Fatma menceritakan, semenjak hijrah ke Kota Ternate 2017 silam, setahun lebih ia bekerja sebagai penjual sendal di Pasar Gamalama. Namun, ia lebih memilih berhenti dan berjualan es cendol. Awalnya, wanita 25 tahun itu mengaku berjualan sambil keliling menggunakan sepeda motor sebab, belum punya tempat tetap.

“Awalnya saya punya suami yang jual es cendol. Tapi sejak berhenti menjual sendal akhirnya saya memilih untuk menggantikan suami. Sementara suami jadi tukang ojek.”Ungkapnya.

Kata dia, ketika berjualan keliling pendapatan dalam sehari bisa mencapai Rp600 ribu. saat itu sering berjualan keliling hingga ke Tidore dan Pulau Hiri. Tetapi, wanita lulusan SMP itu mengaku sudah tidak mau berkeliling lagi.

“Memang pendapatannya besar, tetapi pengeluaran juga cukup besar, karena harus naik kapal kayu bulak balik. Belum lagi biaya bensin dan lain-lain.” Ucapnya pelan.

Dagangan cendol milik Fatma

Saat ini, baru sepekan Fatma menetap di lokasi depan Kantor DPRD Ternate, karena tak jauh dari kediaman mereka. “Saya dan suami masih numpang sama orang tua di Kelurahan Kalumata, samping gedung putih.”Tuturnya.

Kata Fatma, es cendol yang ia jual hasil buatan sendiri hingga bisa disesuaikan dengan cuaca. Jika musim hujan jumlahnya dikurangi. Jika cuaca bersahabat pasti diperbanyak.

“Kalau musim hujan begini, kadang kita tidak dapat keuntungan sama sekali, hanya berharap pendatapan suami.”Ucapnya.

Fatma hanya berharap, di tempatnya berjualan saat ini, es cendol buatannya bisa lebih laku, karena jalan yang lebar hingga para pelangan yang hendak membeli es cendol tidak mengangu lalulintas. apalagi di lokasi itu jadi tempat melintas mahasiswa yang hendak ke beberapa kampus yang ada di bagian selatan kota.

 

Reporter: Juanda Umaternate
Redaktur: Wawan Kurniawan