Membaca Realitas
728×90 Ads

Tuan Bludoser

 

Tuan bludoser
sudikah kau singgah
sedetik saja?
di emperan rumah kami
ibu sedang menanak air mata
di tungkunya
pengusaha makin saja
makin buta
tidak melihat sekelilingnya
mata air.

kami menunggumu
sudikah kau mampir
sedetik saja?
ayah tidak menyeruput kopi
bocor cangkirnya
ia sedih sepanjang hari
tanah dirampas
rumah digusur
tempat keluarganya akan hilang
jadi kubangan tawa
sepanjang hari para dewa-dewa.

tuan bludoser
main-mainlah
ke emperan rumah kami
ada anak-anak yang perih
dipaksa senyumnya
menyajikan halaman kecil
taman bermain
hancur di tangan sepatu orang besar.

ada pula lelaki-lelaki tua
dengan dalil bertanya
tanah untuk apa
dioperasi
ditanami besi-besi?
atau untuk kepentingan apa?
jangan buat kami melarat
sesuka hati
diseret-seret
dipaksa-paksa

tuan bludoser
tanah sejahtera
tanah damai
tanah akan tenang
rumah-rumah tak akan hilang
perempuan-perempuan tua kami
tak tidur kala itu
mendengarmu berpidato
kacamatanya tak pernah lepas
mendengar sepetak
dan sehalaman
yang kau janjikan.

setiap hari kami
berbondong-bondong
menuju bendara menanti pesawatmu
mendarat
menagih-nagih janji
tapi ada yang berbisik
kau lupa
rumah-rumah yang digusur
adalah tanah yang terdaftar di negerimu
orang-orang kecil kepunyaanmu.

 

Ternate, 10 Juli 2023

728×90 Ads