Membaca Realitas
728×90 Ads

Bupati Halmahera Selatan Tinjau Desa Kawasi, Respons Terbatas Tuai Kekecewaan Warga

Kalesang – Kunjungan Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Basam Kasuba, ke Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Kamis (15/5/2025) pukul 17.00 WIT, memantik kekecewaan mendalam dari warga. Harapan masyarakat akan perubahan nasib mereka pupus setelah bupati hanya menanggapi dua dari tujuh tuntutan utama warga, tanpa meninjau langsung kondisi di lapangan. Ia juga meninggalkan lokasi pertemuan hanya satu jam setelah dialog dimulai.

Dalam pertemuan yang berlangsung di depan Rumah Imam Desa Kawasi, warga menyampaikan tujuh tuntutan mendesak, yakni, Penerangan listrik 24 jam,  Akses air bersih, Pengecoran jalan dan pembangunan saluran air, Pembangunan swering (tanggul pengaman) di sepanjang pantai, Pembangunan pasar rakyat, Pembangunan dermaga desa,  Kompensasi atas pencemaran udara akibat aktivitas tambang

Selain itu, warga juga menuntut pergantian Kepala Desa yang diduga kuat telah menyelewengkan dana desa.

Namun, dari seluruh tuntutan tersebut, Bupati Hasan Ali Basam Kasuba hanya memberikan tanggapan atas masalah listrik dan air bersih. Ia menyatakan akan menyurati pihak Harita Group agar segera melakukan perbaikan terkait dua persoalan tersebut. Lima tuntutan lainnya tidak direspons, termasuk soal pergantian kepala desa. Bupati beralasan masih mengumpulkan data dan bukti sebelum bertindak, pernyataan yang justru semakin menambah kekecewaan masyarakat.

Rasa Diabaikan di Tengah Kekayaan Tambang

Desa Kawasi terletak di jantung wilayah tambang nikel yang setiap harinya menjadi tempat eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan-perusahaan besar. Namun, kenyataan hidup warga sangat kontras: listrik terbatas, air bersih langka, jalan rusak, dan udara tercemar debu tambang.

“Kami mandi dan cuci dengan air keruh. Anak-anak kami batuk terus karena udara penuh debu. Tapi kami tetap tak mendapat perhatian. Satu-satunya yang kami punya adalah suara kami,” ungkap Mas Mirang Ibrahim, seorang ibu rumah tangga.

Kerusakan jalan utama, abrasi pantai, dan ketiadaan pasar rakyat memperburuk kondisi warga yang mayoritas bergantung pada hasil laut dan kebun.

“Kami bukan minta saham. Kami hanya minta air, jalan, pasar, dan udara bersih. Apa itu terlalu berat untuk negara?” kata Ahmad Sabar, Ketua Pemuda Kawasi.

Kekecewaan kini mulai berubah menjadi ancaman aksi. Warga menyatakan akan melakukan unjuk rasa jika dalam waktu dekat tidak ada langkah nyata dari pemerintah maupun pihak perusahaan.

“Kami tidak akan diam. Kalau pemerintah terus lepas tangan, kami akan turun ke jalan. Ini bukan soal politik, ini soal hidup,” tegas Ahmad.

Harapan yang Belum Terjawab

Kunjungan singkat bupati tanpa komitmen konkret telah meninggalkan luka bagi masyarakat Kawasi. Mereka mempertanyakan manfaat dari kehadiran industri tambang jika rakyat di sekitarnya tetap hidup dalam penderitaan.

Warga menuntut kehadiran negara yang adil, bukan hanya hadir saat kampanye atau kunjungan seremonial. Mereka ingin didengar, dilihat, dan diperjuangkan—bukan menjadi korban dari kompromi antara kekuasaan dan kepentingan modal.

728×90 Ads