Kematian Jurnalis Perempuan Diduga Ditembak Tentara Israel
JAKARTA (Kalesang)– Setelah bekerja menjadi jurnalis selama 25 tahun, Shireen Abu Aklek yang merupakan wartawan senior itu diduga ditembak tentara Zionis Israel pada Rabu pagi (11/05/2022).
“Forum Jurnalis Muslim (Forjim) mengutuk keras pembunuhan terhadap Shireen dan meminta pasukan penjajah Israel untuk bertanggung jawab atas aksi mereka yang disengaja itu,” ungkap Sekretaris Umum Forjim M. Shodiq Ramadhan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 12 Mei 2022, dilansir dari SUARA ISLAM.ID.
Dugaan pembunuhan terhadap jurnalis kelahiran 1971 itu pada saat yang bersangkutan sedang melaksanakan tugas dan menggunakan rompi pers yang dapat diidentifikasi dengan jelas, merupakan serangan yang disengaja dan sistematis.
Maka dari itu, Shodiq, Forjim mendesak secepatnya dilakukan penyelidikan secara menyeluruh, transparan dan independen. Siapapun yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban.
“Kematian Shireen adalah penghinaan terhadap kemerdekaan pers di mana saja,” tegasnya.
Forjim juga mendukung langkah Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) yang akan menambahkan kasus penembakan terhadap Shireen ini ke pengaduan ICC (Mahkamah Pidana Internasional) yang diajukan IFJ.
Direktur Eksekutif Forjim, Robigusta Suryanto menambahkan, mereka berharap Pemerintah Indonesia turut mengambil langkah-langkah serius dalam kasus ini.
“Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, negara yang menolak penjajahan Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina, kita harap pemimpin negara ini dapat bersuara lantang di forum-forum internasional,” tegas Robi.
Sebelumnya, jurnalis televisi Al Jazeera Shireen Abu Akleh (51) ditembak mati saat meliput serangan Israel di kota Jenin, Tepi Barat, pada Rabu pagi (11/05/2022). Selain Shireen, kata Kementerian Kesehatan Palestina, wartawan lainnya, Ali Al-Samoudi, juga ditembak dari belakang.
Direktur Institut Kedokteran Forensik di Universitas An-Najah di kota Nablus, Rayyan al-Ali, mengatakan otopsi yang dia lakukan menyimpulkan Shireen ditembak mati di kepala.
Al Jazeera, saluran yang berbasis di Doha, Qatar, mengatakan wartawatinya “dibunuh dengan darah dingin” oleh pasukan Israel. Mereka menyebut pembunuhan itu sebagai “kejahatan keji, yang hanya bertujuan untuk mencegah media melakukan tugas mereka.”
“Kami berjanji untuk mengadili para pelaku secara hukum, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha menutupi kejahatan mereka, dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Al-Jazeera.(tim)
Editor: Zulkifikar Mahdi