Membaca Realitas
728×90 Ads

Kisah Ode, Tukang Sol Sepatu dari Bau-Bau. 18 Tahun Tak Pernah Pulang Kampung

TERNATE (kalesang) – Lelaki itu menghadapkan wajahnya ke sepatu yang dijepit di atara kedua pahanya, tangan kanannya mulai nusukan jarum besar berkait benang tebal ke tepian sepatu. Rapi, Ia mulai menisik sepatu yang lepas alas dasarnya dengan cekatan.

Namanya Ode, 18 tahun sudah ia meninggalkan kampung halamannya di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Kini, lelaki berumur 50 tahun itu memulai pekerjaannya di Kota Ternate sebagai tukang sol sepatu.

Ode mengisahkan, dirinya pertama kali menginjakkan kaki di Kota Ternate tahun 2004. Sbelumnya ia menggeluti pekerjaan sebagai kuli bangunan kurang lebih setahun di Kota Manado, Sulawesi Utara.

“Saya datang 2004 ke Ternate, naik kapal Bunda Maria waktu itu, harganya tiketnya masih Rp85 ribu.” Kata Ode saat berbincang bersama kalesang.id, akhir pekan lalu.

Sembari tersenyum, pria paruh baya merunut jika anak sulungnya masih duduk di kelas 3 SMP, yang kedua kelas 6 SD, adiknya masih kelas 4 SD dan si bungsu belum cukup umur bersekolah.

Ode bercerita, tak mudah menjalankan profesi sebagai tukang sol sepatu, butuh latihan yang lama, agar bisa menghasilkan sol sepatu yang rapi dan memuaskan pelanggan.  Ada tahapan yang harus dilalui.

Awalnya Ode harus menjadi kernet (kenek) tukang sol sepatu. hampir 6 tahun Ode mengikuti ‘seniornya’ yang kini telah wafat, mengelilingi Kabupaten Pulau Morotai  saat menjadi kenek.

Saat menjadi kenek, Ode hanya menerima Rp5 Ribu dari total Rp15 ribu untuk tarif memperbaiki sepatu sepasang sepatu. Maklum saja, saat menjadi kenek, Ode belum memiliki peralatan jahit sendiri atau yang dikenal dengan istililah Peti.

Namun Ode mengaku bersyukur dengan apa yang telah ia peroleh,  bukan masalah kecil atau besar harga yang diterimanya dari pemilik peti, melainkan ilmu yang didapati ketika menjadi seorang kenek.

“Beliau memberikan saya banyak ilmu.” Sebut Ode sambil memalingkan wajahnya ke keramaian.

Ode yang kini buka ‘praktek’ di trotoar jalan Kompleks Sekolah Cina,  Jalan Hasan Bosori, Kota Ternate, Maluku Utara, menuturan jika profesi sebagai seorang tukang sol sepatu memiliki penghasilan tidak menentu, dalam sehari biasanya ia mendapatkan Rp100 ribu hingga Rp200 ribu. Namun terkadang jika pelanggannya banyak, Ode bisa meraup kuntunggan hingga Rp300 ribu.

“Paling banyak saat dekat lebaran, kadang-kadang kita dapat diatas Rp500 ribu. Itu saat saya kluar bekerja mulai pukul 2 siang sampai jam 11 malam.”Ungkapnya.

Belasan tahun menjalani profesi ini, Ode bilang tak pernah sekalipun mendaptkan bantuan pemerintah. Meski katanya tak jarang pegawai pemerintah dan komunitas yang datang  menawarkan bantuan seperti mesin jahit, namun tak pernah teralisasi.

“Kunci dari usaha ini adalah kesabaran.”Pesan Ode bijak.

Saat ditanya, apakah Ode pernah pulang kampung sejak merantau, pria berkulit gelap itu mengaku sudah 18 tahun dirinya belum sekalipun pulang kampung untuk bertemu keluargannya di Bau-bau.

“Saya ingin, tapi Insya Allah jika ada waktu, saat ini saya fokus ke anak yang masih kecil dan harus menyelesaikan sekolah. Itu butuh biaya.”Lirih Ode dengan wajah tertunduk.(m-01)

 

Reporter: Rahmat Akrim 

Redaktur: Wawan Kurniawan

300×600
728×90 Ads