Putus di Tengah Jalan
Oleh: Junaidi Drakel
Awan mengepul di atas Gamalama. Tak ada api. Setiap hari udara pagi menghantam di dada yang sunyi. Senyuman hanya ada sesekali. Andreas bersujud yang ke sekian kali. Seketika bunga di taman bersinar lagi.
Wanginya membakar semua sunyi. Dingin di hati. Andreas datang lagi. Kali ini ceritanya agak berani. Sebagai seorang supir taxi. Andreas tak pernah peduli.
Siang itu, Andreas beranikan diri bertemu dengan Yuli. Gadis kampung yang sudah bertahun-tahun bertahan hidup di kota. Yuli bekerja di Puskemas. Setiap pagi, kalau bukan ojek, pasti numpang dengan teman-temannya.
“Aku Andreas, lelaki yang tadi pagi meneleponmu.” Kata Andreas yang mangajukan tangannya di depan Yuli.
Matahari hampir tenggelam. Tapi di kota itu masih terus bising. Andreas meminta diri untuk mengantar Yuli pulang ke rumah. Jarak antar tempat kerja dan rumah Yuli tidak terlalu jauh. Hanya karena ingin berlama-lama dengan gadis tersebut, lelaki semata wayang ini sengaja perlambat motornya.
“Terima kasih sudah antar aku sampai di depan rumah. Hati-hati di jalan.” Ungkap Yuli sambil menebar senyum yang tak kuat dilihat oleh Andreas.
Yuli tiba di depan rumahnya. Itu adalah pertemuan pertama. Lelaki yang sudah ingin sekali menikah itu hatinya berbunga-bunga. Seperti baru ketemu seorang bidadari yang turun dari surga. Di atas motor Andreas tersenyum sepeti orang gila.
“Inilah cinta yang baru kali ini aku rasakan. Ya Allah, semoga gadis ini adalah jodohku.” Kata Andreas dalam hati.
Andreas jatuh cinta. Hampir setiap hari lelaki berkumis tipis itu bertemu dengan gadis andalannya itu. Setiap kali pertemuan, pasti yang dibahas adalah pernikahan. Andreas tak pernah permasalahkan masa lalu Yuli. Begitu juga dengan Yuli.
Saking sukanya kepada Yuli. Andreas nyatakan cintanya. Ia tembak selayaknya seorang lelaki perkasa. Tanpa basa-basi Yuli terima tembakan itu. Mulai saat itu, Andreas rela lakukan apa saja demi Yuli.
Selama hidup, Andreas sangat tertutup dengan masalah cintanya. Orang-orang terdekat seperti ibu pun tak pernah tahu siapa gadis yang menjadi pacar Andreas. Setiap kali ditanya soal cinta, Andreas hanya tersenyum tanpa kata-kata.
“Mail, aku tidak tahu hari ini apa yang terjadi pada diriku. Tapi aku merasa benar-benar tenggelam. Aku jatuh cinta. Berapapun yang Yuli minta, aku siap. Asalkan bisa menikah dengannya.” Kata Andreas kepada teman dekatnya, Mail.
Di saat Andreas sedang istrahat kerja. Dia beranikan diri untuk menelepon ibunya. Suara di balik telepon itu terdengar begitu bahagia. Anak dan ibu sama-sama tertawa. Matahari yang begitu panas seakan berubah menjadi mendung.
Kabar gembira. Ibu Andreas tak sabar ingin berkenalan dengan calon menantu. Namun Andreas meminta ibunya agar bersabar sebentar. Ibunya terus mendesak. Dari percakapan ini, sangat diketahui ibunya sudah tak sabar ingin melihat anaknya duduk di atas puadi. Mengingat umur Andreas yang tak muda lagi.
“Ibu sabar yah, dalam waktu dekat pasti aku kenalkan Yuli ke ibu. Yang jelas ibu harus siap.” Pinta Andreas kepada ibunya dan mengakhiri perbincangan itu.
Yuli, gadis yang setiap hari melayani Andreas seperti biasanya. Balas chat. Angkat telepon. Menanyakan kabar. Semuanya berjalan normal. Andreas sudah sangat meyakini gadis yang miliki keindahan di bola matanya itu.
Jatuh cinta kali ini agak ganas. Andreas hanya bersemangat melayani Yuli. Tapi tidak dengan pekerjaannya. Sebagai seorang supir taxi yang setiap hari hasilkan Rp2 sampai 300 ribu, sejak kenal gadis rambut ikal itu Andreas hanya bisa bawa pulang uang sebesar Rp100 per hari.
Siang itu, alam sedang sangat bersahabat. Angin sepoi dan matahari menemani Andreas di depan rumahnya. Seketika jantungnya berdebar kencang sekali. Pikiran Andreas sudah mulai liar ke mana-mana.
Pesan yang dikirim tak dibalas oleh Yuli. Begitu juga dengan telepon. Andreas memutuskan untuk membuntuti Yuli di depan tempat kerjanya. Dari kejauhan, di bawah pohon yang udaranya cukup adem. Mata Andreas hanya tertuju ke satu arah.
Yuli sedang berdiri. Sambil pegang handphone di tangannya. Tapi setiap kali ada panggilan dari Andreas, gadis hitam manis itu tak gubris getaran yang ada di dalam tangannya itu.
Di saat yang bersamaan. Seorang lelaki dengan menggunakan motor berhenti di depan Yuli. Gadis itu bergegas naik. Andreas tak kenal siapa lelaki yang menjemput pujaan hatinya itu.
Di bahu jalan yang sangat ramai dengan kendaraan. Seakan terhenti sejenak. Hatinya seperti dihantam badai yang berkekuatan sangat keras. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Belum pernah air mata Andreas jatuh hanya karena pacar. Tapi kali benturan di hatinya sangat kuat.
Andreas mengikuti Yuli dan lelaki itu dari belakang. Jantungnya berdetak kuat sekali. Rasa-rasanya Andreas ingin berteriak di tengah jalan. Pikirannya kacau-balau.
Di tikungan kedua, Yuli turun di depan rumahnya. Andreas buru-buru pulang. Mencoba telepon gadis yang telah datangkan badai di hatinya. Dari situ Yuli baru jujur semuanya kepada Andreas.
Putus. Hidup menjadi percuma. Bukan untuk ulangkan waktu. Tapi Andreas menyesal bisa dibohongi oleh gadis selugu itu. Gadis yang dianggap selama ini adalah surga yang disembunyikan. Ternyata tidak.
“Mail, sebelumya gadis itu ternyata sudah ada pacar. Selama ini aku tidak tahu apa-apa. Aku belum telepon sampaikan masalah ini di ibu. Pasti ibu sedih mendengar kabar ini.” Ucap Andreas kepada Mail di penghujung malam.
Rokok di tangan Andreas habis begitu saja. Tak sadar kalau apinya sudah lama padam. Tapi masih saja melekat di dua jaringnya. Besok pagi Andreas narik lagi sebagai supir taxi.
Bersambung……
Hanya cerita fiktif