Membaca Realitas

Bahaya, Kasus HIV AIDS di Maluku Utara Terus Meningkat, 117 Meninggal Dunia

TERNATE (Kalesang) – Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) di Provinsi Maluku Utara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Tentu, hal itu tidak hanya dibebankan kepada pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi membutuhkan peran semua pihak agar angka kasus itu menjadi menurun.

Dari hasil liputan reporter kalesang.id, data yang didapatkan di Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Nyinga Rimoi mencatat bahwa kasus HIV yang sudah mereka damping sebanyak 883.

Jumlah 883 itu, termasuk yang sudah meninggal karena AIDS. Namun, yang data yang cukup tinggi di 10 kabupaten kota di Malut, termasuk Kota Ternate.

Untuk Kota Ternate, data dari Dinasa Kesehatan terdapat 760 orang positif HIV yang pernah mengakses terapi obat HIV, data ini mulai dari tahun 2007 hingga 2022.

Melihat hal ini, Ketua LKS Nyinga Rimoi, Rian Hardiansyah menuturkan, pihaknya terus melakukan pendampingan terhadap orang yang terkena HIV. Karena saat ini masih banyak teman-teman yang mendapat diskriminasi dan stigma negatif dari masyarakat.

HIV ini, lanjutnya, bukanlah virus yang gampang menular. Secara sosial HIV tidak menular, misalnya tinggal serumah, menggunakan alat makan dan pakaian serta jamban yang sama dengan pengidap HIV.

“Virus ini hanya menular ketika berhubungan intim yang beresiko, menggunakan jarum suntik yang sama dengan pengidap HIV, maupun bagi ibu positif yang menyusui. HIV ini harus dipandang seperti penanganan penyakit-penyakit lainnya.” Katanya, Jumat (2/12/2022).

“Tetapi pada kenyataannya kita juga harus butuh perjuangan karena HIV itu masih dilabeli dengan stigma ganda, selain positif HIV, masih dikonotasikan dengan penyakit kotor.” Sambung Rian.

Tentu, Rian menambahkan, pihaknya juga memfokuskan diri untuk terus melakukan penjangkauan dan pendampingan bagi orang yang mengidap HIV.

“Kalau pendampingan yang dilakukan seperti kunjungan layanan. Tapi kami lebih berperan aktif itu pendampingan pengambilan obat, sebagai Pendamping Minum Obat (PMO), sementara untuk pemebrdayaan kami lebih bekerja sama dengan Balai Karya Wasana Bahagia.” Jelasnya.

Sebenarnya, kata Rian, HIV itu penanganannya hanya di prilaku saja. Kalau misalnya ada yang mengidap HIV dan ia menyadari dirinya terkena, maka hal yang penting dilakukan adalah patuh pada pengobatan ARV agar tetap sehat dan bisa sampai pada titik tidak menularkan kepada pasangannya.

“Untuk kasus HIV ini, paling banyak yaitu daerah pertambangan, dan banyak dari mereka dirumahkan terkait statusnya sebagai orang yang positif HIV, untuk menaggapi masalah LKS bersama dengan JIP dan PKVHI Provinsi Maluku Utara melakukan advokasi di daerah tambang, sehingga teman-teman yang dirumahkan saat ini sudah banyak yang bisa bekerja, tentunya dengan pengawasan dari klinik yag ada di tambang.” Katanya.

“Untuk pemerintah kami berharap agar program-program yang sudah dijalankan lebih tingkatkan lagi, sehingga bisa menyentuh ke teman-teman yang  kelompok rentan, kelompok populasi kunci. Sosialisasi di masyarakat lebih digencarkan, misalnya lewat sosial media, ataupun langsung ke masyarakat maupun di dunia pendidikan.” Harap Rian.

Sementara itu, pengelola program HIV-AIDS Dinas Kesehatan Kota Ternate, Hamidah mengatakan, angka kasus baru terhitung meningkat. Jika dibandingkan tahun 2021 dengan jumlah 36 kasus.

Sementara itu, kata Hamidah, dihitung secara kumulatif, dari tahun 2007 hingga Oktober 2022 kasus HIV-AIDS di Kota Ternate mencapai 760 kasus.

“Secara kumulatif, ada 760 kasus dari tahun 2007 sampai Oktober 2022. Dengan rincian, 343 masih hidup, 117 meninggal dunia, dan 3 rujuk masuk.” Ucap Hamidah, Senin (21/11/2022).

Berdasarkan jenis kelamin, lanjutnya, penyebaran kasus HIV-AIDS di Kota Ternate didominasi oleh laki-laki, yakni sebanyak 508 kasus.

“Kalau berdasarakan usia, tertinggi pada usia 25 sampai 49 tahun dengan jumlah 545 kasus.” Ungkapnya.

Selain itu, Hamidah menyampaikan, penyebaran HIV-AIDS berdasarkan pekerjaan, didominasi oleh wiraswasta dengan jumlah 174 kasus.

“Saat ini dihitung dari tahun 2007 sampai Oktober 2022, jumlah penyintas yang mengkonumsi obat atau on ARV sebanyak 285 orang.” Bebernya.

Terkait hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Ternate, dr. Ali Akbar Taslim mengungkapkan, perluasan jangkauan layanana pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan penting dilakukan.

Sebab, lanjutnya, hal itu juga menjadi indikator dalam melakukan eliminasi angka HIV/AIDS pada tahun 2030 mendatang.

“Dengan perluasan jangkaun itu, agar orang dengan HIV/AIDS tidak putus obat, karena rata-rata mereka mengambil obat di tempat yang mereka merasa aman dan nyaman.” Ungkapnya, Jumat (2/12/2022).

Untuk mendorong perluasan jangkaun itu, kata Ali, berbagai langkah dan upaya telah dilakukan, salah satunya pelatihan bagi tenaga kesehatan (Nakes) oleh Dinas Kesehatan Kota Ternate.

“Pelatihan itu juga berguna bagi Nakes yang akan tergabung dalam perluasan jangkauan layanan.” Pintanya.

Tak hanya itu, Ali menyarankan agar perlu adanya regulasi atau Peraturan Daerah (Perda) terkait penanggulangan HIV/AIDS, supaya dalam melakukan pemeriksaan bisa lebih kuat lagi.

“Sebab, HIV/AIDS ini merupakan fenomena gunung es. Artinya yang diperiksa saja yang diketahui. Perda itu juga termasuk indikator mempercepat perluasan jangkauan, kalau ada Perda kita bisa lakukan screening atau pemeriksaan lebih luas lagi, tak hanya pada kelompok tertentu saja.” Katanya.

Kemudian, Plt. Kepala  Dinas Kesehatan Kepulauan Sula, Suryati Abdullah mengatakan, angka kasus HIV-AIDS di tahun 2022 tercatat sebanyak 22 orang, dan itu hampir di semua desa.

“Data temuan yang dikantongi sejauh ini kasusnya sudah sebanyak 22 orang yang tersebar di Kepulauan Sula.” Katanya, Kamis (1/12/2022).

Jadi, Suryati menambahkan, temuan kasus HIV-ADIS di Kepulauan Sula pada tahun 2022 ini sudah hampir di semua desa.

“Yang terdeteksi baru di tahun 2022 ini datanya di angka 22 dan tersebarnya merata. Di wilayah Sulabesi ini hampir keseluruhan desa ada satu-satu kasus.” Ucapnya.

Tentu, kata Suryati, dari Dinas Kesehatan terus melakukan edukasi kepada masyarakat, karena pihaknya melihat perkembangan angka kasus HIV-AIDS di Sula ini cukup signifikan. Dan datanya tidak boleh disembunyikan, masyarakat juga harus tahu informasi ini secara detail.

“Mau penyakitnya seperti apa, pencegahannya bagaimana, itu harus mereka tahu.” Tandasnya.(red)

 

Reporter: Sitti Mutmainnah/Halima Duwila/Karman Samuda

Redaktur: Junaidi Drakel