TERNATE (kalesang) – Keterlambatan pembangunan dermaga Pulau Hiri yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, Provinsi Maluku Utara, membuat masyarakat harus turun ke jalan.
Pada Rabu (1/2/2023) masyarakat Pulau Hiri gelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Walikota Ternate, Rabu (1/2/2023).
Aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat tersebut menuntut Pemkot Ternate agar selesaikan pembangunan dermaga, bahkan Pemkot Ternate juga didesak agar membuat MoU sebagai bentuk komitmen terhadap masyarakat.
Berkaitan dengan itu, tim ahli pembangunan atau breakwater dermaga Pulau Hiri, yaitu Suyuti turut angkat bicara terkait dengan pembangunan Dermaga Pulau Hiri. Ia mengatakan, pembicaraan breakwater atau penahan ombak sudah dibicarakan sejak tahun 2020 lalu.
“Saat itu didesain menggunakan batu kosong (aanstamping), saya sampaikan kepada pak kadis itu tidak cocok, karena gelombangnya terlalu besar.” Kata Suyuti yang juga hadir dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Berita Terkait: Tak Ada Kejelasan Dermaga Pembangunan Pulau Hiri, Masyarakat Geruduk Kantor Walikota Ternate
Setelah pembicaraan dan diskusi panjang, Suyuti yang juga Wakil Dekan Fakultas Teknik Unkhair itu menyebutkan, keluarlah ide baru, yakni pembuatan tetrapod kaki empat.
“Jadi kalau bapak ibu lihat kakinya (tetrapod) itu ada empat. Tetra yang artinya bodinya ada empat.” Jelasnya.
Lanjut Suyuti, setelah dirancang yang digunakan adalah tipe menengah, tingginya berkisar 1,80 meter. Kemudian beratnya kurang lebih 1,5 ton. Suyuti juga sempat berbincang dengan masyarakat setempat, yang mana disebutkan bahwa pada bulan Desember – Januari ombaknya cukup besar.
Baca Juga: Jualan di Dekat Jalan, Pedagang Sasa Ternate Bakal Ditertibkan
“Jadi saya berjanji akan melaksanakan pekerjaan ini untuk masyarakat Hiri khususnya, dan masyarakat Maluku Utara pada umumnya.” Katanya.
Menurut Suyuti, desain tetrapod ini adalah pertama kalinya di Maluku Utara. Jadi kata dia, ini merupakan inovasi karena gelombang tinggi, sehingga harus direduksi memakai tetrapod.
“Karena pertama kali, jadi harus diuji coba dulu.” Sebutnya.
“Untuk pembuatan malnya saja di Maluku Utara tidak ada yang bisa bikin, jadi kita datangkan dari PT. WIKA, itu orangnya dari Manado.” Sambung Suyuti.
Baca Juga: Rasyid Umaternate Bakal Pimpin Institut Sains dan Kependidikan Kie Raha Malut
Meskipun begitu, ia menambahkan, pekerjaan mal itu sudah selesai dan sudah dikerjakan, dan pada tahun 2022 dianggarkan lagi, jadi menurut Suyuti, Pemkot Ternate terus memperhatikan persoalan tersebut.
“Jadi ada videonya, bapak ibu bisa lihat kalau gelombang tinggi itu bisa direduksi oleh tetrapod.” Tandasnya.
Reporter: Rahmat Akrim
Redaktur: Junaidi Drakel