Membaca Realitas

76 Tahun HMI?

Tepat 5 Februari 2023 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) genap berusia Tujuh puluh enam tahun, sejak didirikan 5 Februari 1947 silam. Persis dua tahun sejak Bangsa Indonesia memproklamirkam sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Terpahat dalam artefak sejarah Indonesia, HMI didirikan tujuan utama iyalah mempertahankan Negara Indonesi dan mempertinggikan derajat rakyat Indonesia.

HMI didirikan; Pertama, mempertahankan Repoblik Indonesia dan mempertingi derajat  rakyat Semenjak didirikan,komitmen keislaman dan keindonesian bisa kita temui dalam rumusan tujuan mulia Indonesia. Kedua, menegakan dan mengembangkan ajaran islam. Kehadiran HMI berlandaskan dua arus pemikiran, yaitu keislaman dan ke-Indonesiaan.

Komitmen dua arus pemikiran itu menjadi  pemandu bagi ayah handa Lafran Pane, tidak lain bertujuan untuk mendekatkan sengenap rakyat Indonesia kepada tujuan dasar terbentuknya Negara Indonesi. Ayah handa Lafran Pane dalam pidatonya. “Memurnikan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945,” pada acara dies natalis IKIP Yogyakarta  (sekarang UNY), mengatakan, “Negara Republik Indonesia didirikan oleh rakyat dan untuk rakyat yang ingin hidupnya bahagia, yang ingin terpenuhi kebutuhan-kebutuhan secara matril dan spritualnya”.

Waktu itu, Indonesia sedang berada pada situasi yang menentukan perjuagan panjagan mengusir kolonialisme, terancam sia-sia. Belanda tidak terima, mereka berusaha merebut kembali Indonesia dan menolak kemerdekaan yang sudah dideklarasikan. HMI ambil bagian dalam pusaran sejarah mempertahankan kemerdekan ini, tidak hanya di tataran wacana akademis kampus, melainkan juga turun ke medan pertempuran.

Agus Salim Sitompul dalam tulisanya bahwa ketika Belanda melancarkan agresi militer ll, Ahmad dan M. Sanusi dari HMI berada di front pertempuran, sedangkan M.S Mitraredja dan Usuluddin Hutagalung ditugaskan di luar Yogyakarta. Karenaya, Ketua umum HMI waktu itu kembali diserahkan kepada Lafran Pane dengan wakilnya Dahlan Ranuwarjo.

Tak selesai dari pada itu, HMI juga ambil bagian dalam peran memperjuangkan idologi Pancasila dari rongrongan komunis yang dibawa oleh PKI. Manis pahitnya perjalanan kemerdekan Indonesia suda dirasakan oleh HMI, sehingga kita tidak bisa heran kiprah kader HMI saat ini masih pula kita rasakan.

Tak hanya itu, HMI di mata bangsa dan negara, HMI juga memberikan sumbangsi begitu besar terkait degan konsep dan gagasannya, yaitu pluralisme atau keberagaman dalam beragama dan berkeyakinan, dan keyakinan menurut Cak Nur adalah hak primodial setiap manusia dan keyakinan meyakini keberadaan Tuhan adalah keyakinan yang mendasar, dan Cak Nur juga memberikan sumbangsihnya pada saat bangsa Indonesia di masa krisis pada tahun 1998, Cak Nur menjadi penasehat Persiden Soekarno di kala itu dan nasehat dari Cak Nur dijalankan oleh Seokarno degan kemundurannya dari kursi kepersidenan.

Ibarat buah jatuh tak jau dari pohonnya, banyak pula kader HMI yang mengikuti jejak Cak Nur dalam bidang pembaharuan agama, yaitu alm KH Hasyim Muzadi degan membawa gagasan Islam Nusantaranya, kemudiaan KH, Yahya  Chalil Tsaquf degan membawa kembali gagasan pluralism. Pada 5 Februari 2023, usia HMI genap 76 tahun, sudah banyak kader HMI berkontribusi kepada negara dan bangsa ini.

 

Wajah HMI Dipudarkan oleh Kader HMI Sendiri         

Padahal kita tahu HMI berjuang untuk mempertahankan NKRI dan mengangkat derajat dan martabat rakyat Indonesi, tetapi saat ini HMI di tangan kader-kader kekinian bukan mewariskan perjuangan itu, malah labih terhegomoni dalam kekuasan, itu yang menjadi pudarnya wajah HMI yang dulunya ditakuti di dalam ruang-ruang perdebatan, tetapi HMI di tangan kader-kader kekinian bukan ditakuti di dalam ruang-ruang perdebatan, malahan mendapat kiritikan yang cukup pedas.

Setiap pertemuan antara kader HMI sudah tidak lagi membahas soal situasi bangsa dan negara untuk mencari solusinya, namun mereka lebih suka membahas soal gerbong-gerbong hegemoni cabang atau PB.

Ahmad Wahib telah mengkiritik bahwa HMI telah melupakan masalah strategis dan melalaikan teori perjuangan. Seolah HMI hanya berhenti pada laboratorium pengkaderan yang memproduksi kader-kader yang tidak sadar akan misi sejarahnya. Padahal di luar fungsi pengkaderan HMI dalam konsitusinya disebut juga mengemban peran sebagai organisasi perjuangan.

Kiritikan juga msuk dari Shikka Songge yang mengatakan bahwa degradasi kualitas kader HMI seiringin dengan disorentasi peran dan fungsi penyelengaraan organisasi lebih cenderung pada pragmatisme kekuasaan dari pada komitmen pembentukan karakter, dan intergitas kader.

Begitupula pudarnya peran idologis dan sikap kritis HMI sebagai kelompok intektual, turut mendorong rezim yang berkuasa semakin otoriter, sekaligus memperlemah daya kontrol rakyat pada perilaku rezim yang berkuasa. Maka dari itu perlu dipertegas, bahwa HMI adalah organisasi kader, bukan sekadar media loncatan bagi gerembolan oportunis mencari kehidupan.

Maka dari itu jenjang pengkaderan adalah awal untuk membentengi kader agar tidak terhengomoni dengan kekuasan. LK I adalah awal proses seseorang menjadi kader HMI, olenya itu kekuatan idealisme dan sprit perjuangan organisasi HMI yang bernafaskan dan beridentitas Islam, terletak pada ketangguhan dan intergitas pada jenjang pengkaderan LK I, nasib kader dan HMI ke depan tergntung kepada senior pengelola forum LK I, LK II, SC mapuan LK 3.

Maka dari itu seorang senior pengelola forum pengkaderan HMI amat perlu meningkatkan mutu intelektual dan kualitas moralitas, sehinga iya pantas digurui.

Berangkat dari jenjang pengkaderan dan para senior pengelola forum yang berkualitas dan moralitas yang tinggi, maka sudah pasti HMI menjadi organisasi yang bermartabat dan disegani, dan terus berkontribusi memberikan kader-kader untuk umat dan bangsa ini.

 

Bila Kamu Merasa HMI Tidak Menguntungkanmu, Lihatlah Kembali Semagat Pendiri HMI yang Selalu Memberikan Jiwa dan Raganya untuk HMI

Selamat Bertambah Usia yang ke-76 Tahun Himpunan Mahasiswa Islam