Jejak Mohammad Hatta di Kepulauan Sula
SANANA (kalesang) – Nama Mohammad Hatta memang tak asing lagi di telinga orang Indonesia. Tapi tak banyak orang yang tahu kalau wakil presiden pertama ini pernah datang di Kabupaten Kepulauan Sula.
Sejak Juli 1955, lelaki yang biasa disapa Bung Hatta ini menginjakkan kakinya di Kepulauan Sula, dia bersama rombongan dari Jakarta.
Sebenarnya, keinginan masyarakat Sula bahwa yang harus datang adalah Presiden Ir. Soekarno. Karena pada waktu itu, ketika mendapatkan kabar, Soekarno telah mendatangi beberapa tempat yanga ada di Maluku Utara, salah satunya Ternate.
Orang bertanya-tanya kenapa Soekarno tidak lagi sampai di Sula. Padahal masyarakat sangat berharap Bung Karno (sapaan akrabnya Soekarno) juga bisa sampai ke Sula.
Masyrakat Kepulauan Sula merasa tidak puas, para pelajar yang ada di Sula melakukan pertemuan untuk membahas agar mendatangkan Bapak Marhaen itu ke Sula.
Dalam petemuan itu, diutuskan dua orang terpercaya untuk berangkat ke Jakarta, yakni Yusup Mayau dan H. Adam Yoisangaji. Mereka berdua dipercayakan untuk bertemu dengan Soekarno agar memintanya datang ke Sula. Kebetulan, waktu itu, Yusup sebagai pengurus Partai Masyumi dan Adam sebagai pengurus Partai Nasional Indonesia (PNI).
Karena kesibukan Soekarno yang tak bisa diajak untuk turun ke Sula, sehingga Soekarno meminta agar Bung Hatta yang mewakilinya. Masyarakat Sanana, Mangoli dan Taliabu mendapatkan kabar akan kedatangan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Sebelum kedatangan bapak ekonomi kerakyatan ini, orang di tiga pulau itu telah memperpersiapkan diri untuk melakukan acara penjemputan besar-besaran.
“Rombongan Bung Hatta datang dengan menggunakan kapal RI Rajawali. Waktu itu masih pelabuhan kayu, jadi kapal besar itu hanya bisa berlabuh. Orang menjemputnya dengan perahu armubai.” Kata Hatim Mayau, salah satu pejuang pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula, beberapa tahun lalu.
Hampir seluruh masyarakat yang ada di tiga pulau itu datang menyambut Bung Hatta. Setelah Hatta sampai di atas jembatan sekitar pukul 09 pagi, siswa-siswi yang gunakan seragam putih-putih melakukan pagar hidup sekaligus tarian-tarian lokal.
Lelaki tahanan politik Banda Naira ini langsung dibawa ke rumah dinas pejabat kecamatan yang berhadapan dengan pelabuhan untuk menjamu makan siang. Seusai makan siang, orang-orang membawa Hatta melihat kondisi di dalam kota. Orang-orang menggendongnya.
“Masyarakat menggendong Hatta dan membawanya mengunjungi SMP Negri 1 Sanana. Jaraknya lumayan jauh, tapi masyarakat tidak mau tamu istimewa ini berjalan kaki. Maksud dari membawa Hatta ke SMP 1 itu supaya Hatta tahu bahwa orang Sula sudah sadar akan pendidikan.” Ungkap laki-laki kelahiran 1942 itu.
Pasca dari SMP 1 yang berada di Desa Mangon, ayah angkat Des Alwi itu langsung menuju ke lokasi Sekolah Guru Bantu (SGB) untuk menanam batu pertama (sekarang SMA Negri 1 Sanana).
Selepas menanam batu pertama, lelaki kelahiran Bukittinggi itu balik lagi ke rumah pejabat kecamatan. Tak begitu lama, tokoh perjuangan yang lahir di tahun 1902 itu langsung pergi di depan Benteng De Verwachting untuk berpidato di tengah-tengah masyarakat Kepulauan Sula.
“Yang saya ingat waktu Bung Hatta berpidato itu, Bung Hatta mengucapkan banyak terima kasih kepada masyaratak Sula yang sudah mengundangnya. Hatta juga bilang kalau dia sudah lihat kondisi di Sula, dia juga samapaikan kalau rakyat Sula sudah sadar akan pendidikan. Saya ingat betul bahwa Hatta memakai satu cincin permata biru tepat di jari manisnya.” Ungkap alumni Universitas Veteran (Uvri) Makasar itu.
Editor: Junaidi Drakel