Kasus Baru Penyakit Kusta di Ternate Capai 95 Kasus
Dinkes Ternate: Ada Masyarakat yang Masih Enggan Datang ke Puskesmas
TERNATE (kalesang)– Penyakit kusta di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara per Januari sampai September 2023 mencapai 95 kasus.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Ternate, jumlah penyakit kusta di Kota Ternate dari 2019 ke 2023 mengalami fluktuatif. Yang mana, jumlah penyakit kusta per 2019 mencapai 103 kasus dengan 13 kasus anak dan 2 kasus cacat tingkat 2, kemudian pada 2020 sebanyak 93 kasus, 22 kasus anak dan 3 kasus cacat tingkat 2.
Selanjutnya per 2021, terdapat 92 kasus dengan 6 kasus anak dan 3 kasus cacat tingkat 2, dan pada 2022, kasus kusta mencapai 78 kasus, 8 kasus anak dan 1 kasus cacat tingkat 2.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Ternate, dr. Wirda Albaar mengungkapkan, rincian tersebut merupakan jumlah kumulatif kasus baru sepanjang 2023 ini.
“95 ini kumulatif jumlah kasus baru dari bulan januari sampai september 2023, dengan kasus anak 16 kasus dan kasus cacat tingkat 2, 2 kasus.” Jelasnya, Minggu (12/11/2023).
Lanjutnya, sesuai dengan data sebaran Puskesmas se Kota Ternate, penyakit kusta yang tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Kalumata yakni 25 kasus baru. Sementara, penyakit kusta terendah berada di wilayah Puskesmas Hiri yaitu 1 kasus.
“Tapi di Puskemas Mayau Batang Dua belum ditemukan kasus baru kusta.” Ungkapnya.
Ia mengaku, program strategi pengendalain kusta di Kota Ternate telah dilakukan oleh pihaknya. Seperti, Urban Leprosy, Desa Sahabat Kusta, Launching Pemberian Obat, OJT Cluster, dan Bimte Individu.
Namun, dr. Wirda bilang, meskipun telah dilaksanakan dengan baik, hal tersebut belum cukup untuk menghentikan penularan. Sebab, stigma bagi pasien penyakit kusta masih berkembang di lingkungan masyarakat.
“Masyarakat masih menganggap, kusta itu sakit memalukan sehingga mereka ada yang enggan untuk datang ke Puskesmas untuk berobat.” Katanya.
Dengan kondisi itu, ia mengatakan, Dinas Kesehatan dan Puskesmas akan terus mengkampanyekan terkait pengobatan kusta, agar mata rantau penularan kusta ini dapat diputuskan.
“Kami rutin melaksanakan promotif dan preventif, seperti pemberian obat kemoprofilkasis dan rifampisin dosis tunggal ke masyarakat berisiko.” Tutup dr. Wirda.
Reporter: Sitti Muthmainnah
Redaktur: Wawan Kurniawan