TERNATE (kalesang) – Dinamika politik jelang pemilihan Gubernur Maluku Utara mulai menggema dan menghiasi jagat maya. Para bakal calon gubernur pun telah bergerilya, mengincar rekomendasi partai hingga pembentukan tim pemenangan. Yang tak kalah menarik adalah Benny Laos, salah satu bakal calon gubernur yang telah mendaulat Faisal Anwar, sebagai juru bicaranya. Banyak yang bertanya, siapakah dia (Faisal), dan mengapa dipilih mantan bupati Pulau Morotai itu menjadi jubir?
Faisal Anwar, yang akrab disapa Opo ini adalah aktivis muda Maluku Utara kharismatik, berbakat dan disiplin. Ia telah banyak “melayangkan protes” melalui opini publik menyoroti berbagai persoalan daerah baik di media cetak maupun online. Kemampuan menulisnya ia asah saat kuliah, sebagai hasil dari banyak membaca, kajian dan kerap mengikuti pelatihan menulis.
Opo cukup terkenal di kalangan aktivis Maluku Utara, selain pergaulannya yang luas. Anak muda yang satu ini sering muncul di berbagai media, menanggapi persoalan daerah yang terjadi dan bahkan beberapa kali juga Opo muncul di siaran TV.
Saat menjadi jubir Benny Laos, pria yang lahir di Dili, Timur Leste pada 13 Januari 1994 ini, “rajin” tampil di media, mewakili Benny Laos menyampaikan pikiran, langkah-langkah, kesiapan dan optimisme dalam menghadapi pemilihan yang akan berlangsung pada 27 November mendatang. Dalam beragam momen, alumni SMP 6 Tidore Kepulauan ini, tak pernah alpa mendampingi Benny Laos. Saking seringnya, orang kemudian berkelakar : di mana ada Benny Laos, di situ pasti ada Opo, juga sebaliknya.
Lalu, bagaimana keakraban antara Benny Laos dan Opo terbentuk, kita kembali pada suatu momen di tahun 2022 silam. Saat itu di penghujung kepemimpinan Benny Laos di Kabupaten Pulau Morotai. Dengan menjabat sebagai wakil sekretaris tim Bola Persiter, Opo memboyong tim sepak bola ke Morotai untuk bertanding. Usai bertanding, sebelum kembali ke Ternate, Opo diajak diskusi oleh Benny Laos di ruangan tamu VIP, banyak hal yang didiskusikan dan berbagai pertanyaan Opo secara spontan ajukan ke Benny Laos, lewat kesempatan spesial itu, keduanya bertukar nomor handphone, untuk kemudian saling komunikasi dan perkuat silaturahmi.
Dari situ keakraban keduanya mulai terbentuk, komunikasi antara keduanya terus terbangun dan itu dilakukan hampir setiap minggu, saling bertanya kabar dan seterusnya. Dan pada akhir kepemimpinan Benny Laos di Morotai, Opo diajak ke Morotai hanya saja ia tak sempat hadir. Sebulan berlalu, tiba-tiba saja Benny Laos menghubunginya, dan meminta Opo mengurus paspord untuk berangkat ke Singapura. Opo pun mengurus segalanya langsung berangkat.
Benny Laos mengajak Opo jalan-jalan ke luar negeri karena tertarik dan ingin membangun potensi yang ada pada diri Opo. Singkat cerita Opo diajak “pasiar” ke 14 negara. Sepulang dari tamasya luar negeri itu, Benny Laos mulai menugaskan Opo untuk beberapa urusan dan hingga kini masih dijalaninya, Opo menangkap amanah itu, memeluknya dalam balutan kejujuran, keseriusan dan komitmen yang tinggi.
Dari situlah Opo kemudian didaulat Benny Laos untuk menjadi jubir, karena Opo dinilai mampu menerjemahkan pemikiran, perasaan dan sikap politik Benny Laos, Opo bersedia menemani Benny Laos dalam atmosfer politik Maluku Utara, karena Opo yakin melalui Benny Laos masyarakat daerah ini akan menemui kesejahteraan di masa yang akan datang. Apa yang Opo lakukan selaras dengan pernyataan Sutan Syahrir bahwa “Anak muda boleh pandai beretorika, tapi juga harus sadar untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang menjadi cita-cita.”
Oleh: Hasan Bahta