TERNATE (kalesang) – Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Maluku Utara melaksanakan agenda rutin media briefing Torang Pe APBN Edisi September 2024 di Aula Gamalama Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara pada Jumat (27/09/2024).
Acara dihadiri seluruh perwakilan instansi vertikal Kementerian Keuangan beserta media lokal di Provinsi Maluku Utara.
Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Maluku Utara, Tunas Agung Jiwa Brata, mengungkapkan kondisi perekonomian Indonesia dan kinerja APBN. Memasuki Agustus 2024, pertumbuhan ekonomi global masih diliputi ketidakpastian, antara lain dipengaruhi isu geopolitik imbas dari konflik Israel- Palestina, pelemahan kinerja ekspor dan impor, volatilitas pasar keuangan, melemahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa, dan pelemahan harga komoditas.
Selain itu, aktivitas manufaktur global kembali terkontraksi yang ditunjukkan oleh Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang menurun di banyak negara.
Menurut Tunas Agung, kondisi perkembangan ekonomi di Maluku Utara, di mana hingga bulan Agustus 2024, pertumbuhan ekonomi Malut pada triwulan II 2024 mengalami deselerasi sebesar 10,76% (yoy). Berdasarkan q-t-q, ekonomi di Malut tumbuh sebesar 6,89%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan sektor-sektor yang menjadi penopang utama ekonomi mengalami deselerasi sebagai dampak menurunnya intensitas aktivitas hilirisasi nikel jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Berdasarkan data BPS, laju inflasi berada pada angka 2,89% (yoy), masih di atas inflasi nasional (2,12% yoy), di mana Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 3,00% (yoy) dan Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 2,39% (yoy). Komoditas beras, cabai rawit, sigaret kretek mesin, dan kangkung menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Agustus 2024 secara yoy. Dalam lingkup regional Sulampua, laju inflasi Maluku Utara menempati urutan ke-4,” jelasnya.
Dari sisi neraca perdagangan, surplus perdagangan masih terus berlanjut dan berada pada angka USD519,27 Juta untuk Agustus 2024 yang didominasi oleh produksi smelter feronikel di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan.
“Selain ferro nickel, ekspor Maluku Utara berasal dari oksida nikel, nikel matte, bijih besi, hasil perikanan, serta hasil perkebunan. Komoditas penyumbang devisa ekspor terbesar secara kumulatif adalah ferronickel dengan nilai total USD 4.204,57 Juta,” ungkapnya.
“Adapun komoditas ekspor non tambang teratas ditempati oleh frozen tuna, pelet kayu, kepiting bakau, dan udang ronggeng,”tandasnya.
Editor : Yunita Kaunar