Pelayanan Donor Darah jadi Isu Hangat Musker PMI Malut
Kalesang (Ternate) – Palang Merah Indonesia (PMI) Maluku Utara (Malut), Sabtu (8/3/2025) menggelar Musyawarah Kerja (Musker) yang mengusung tema profesional dalam aksi, berintegrasi dalam kengabdi dan bersinergi dengan masyarakat.
Selain pengurus PMI Malut, Musker dihadiri ketua, sekretaris, kepala markas juga ketua forum relawan dari masing-masing PMI Kabupaten dan kota se Maluku Utara minus Kabupaten Morotai dan Kabupaten Kepulauan Sula, digelar di Hotel Jati bilangan Tarnate Selatan, Kota Ternate mulai pukul 14.00 WIT.
“Kedepan kita harus lebih fokus terhadap tugas PMI sebagai mitra pemerintah untuk pelayanan masyarakat.”Ujar Prof. DR. Husen Alting, Ketua PMI Provinsi Malut dalam sambutannya.
Meski katanya, seluruh stakeholder termasuk PMI nantinya akan terdampak atas kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat, PMI harus tetap melakukan pelayanan terbaik ke masyarakat saat dibutuhkan, kuncinya kolaborasi dengan pihak pemerintah maupun swasta.
“Kolaborasi sangat penting agar pelayanan PMI tetap bisa berjalan dengan baik,.”Tegas mantan Rektor Universitas Khairun Ternate ini.
Dalam Musker ini masalah pelayanan darah menjadi sorotan hampir seluruh peserta. Pasalnya, sejak dibentuk September 1945 silam, PMI sudah diberikan kepercayaan oleh pemerintah untuk melakukan pengelolaan donor darah, makanya masyarakat hingga kini masih mengidentikan bahwa PMI adalah donor darah.
Tapi masalahnya, ada rumah sakit yang karena alasan keuntungan, enggan bekerjasama dengan PMI, hingga pasien ‘dipaksa’ untuk mencari pendonor darah di saat emergency.
“Hal ini banyak dikeluhkan masyarakat ke PMI. Padahal kami punya stok darah yang cukup.”Ujar dr. Rosita Alkatiri, Direktur Unit Donor Darah (UDD) PMI Provinsi Malut.
Para peserta Musker sepakat jika kebutuhan darah yang sifatnya emergency atau nonemergency harus cepat dan mudah untuk mengakses darah, agar tak ada lagi pasien yang informasinya harus terlambat operasi hanya karena masih mencari pendonor.
“Kalau mau cari keuntungan sebaiknya jangan di pengelolaan darah, karena hal itu sangat riskan.”Tukas salah satu peserta Musker. (*)