Membaca Realitas

Kopi Dabe Asal Tidore Bakal Dijual di Retail Moderen

TIDORE (kalesang) – Olahan kopi khas Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, bakal memasuki toko-toko moderen, setelah dipromosikan oleh UMKM Kota Tidore melalui sentra promosi UMKM Fola Doyo.

Kopi khas Kota Tidore itu adalah Kopi Dabe. Salah satu produk unggulan yang paling diminati oleh banyak kalangan di Maluku Utara, termasuk di beberapa daerah di Indonesia karena rasanya yang khas.

Secara etimologis Fola Doyo berasal dari bahasa Tidore yaitu “fola” yang artinya rumah, dan “Doyo” yang artinya ole-ole olehnya itu Fola Doyo berarti rumah ole-ole.

Siti Rahayu pemilik Rumah Fola Doyo yang ditemui kalesang.id mengatakan, Kopi Dabe yang diproduksi berbagai jenis diantaranya Kopi Dabe Cair,  Kopi Dabe Bubuk, Papeda Instan,  Kenari Panggang,  Kenari Karamel, Permen Rempah,  dan Sari Buah Lemon. Akan tetapi Kopi Dabe Yang paling laku dipasaran.

“Kopi bubuk berlebel itu telah melalui hasil penelitian pada tahun 2016. Dimana kopi Dabe menggunakan jenis kopi robusta dari Halmahera Timur (Haltim).” Ungkap Rahayu Rabu (02/03/22).

Lanjutnya, dari hasil penelitian biji kopi yang berasal dari daerah tambang itu endapan atau ampas dari biji kopi itu memiliki kandungan cokelat lebih tinggi sehingga kopi itu aman untuk diminum penderita penyakit lambung.

“Itu sebabnya pada saat pameran di Batam, mereka menyukai kopi Dabe karena endapan kopi Dabe dibuat cokelat. Kayanya ditambah kopi tersebut dibuat secara tradisional.” Jelas Siti.

Perempuan kelahiran 12 Maret 1991 itu yang juga sebagai pengelola sentra promosi UMKM Tikep itu mengatakan kopi dabe bisa habis 469 bungkus per bulannya.

Rahayu juga menjelaskan tahun ini,  manajer Indomaret dan Alfamidi se-maluku Utara akan mendatangi Fola Doyo untuk membicarakan terkait pasokan Kopi Dabe di toko modern.

“Dalam 1 bulan, 469 bungkus kopi Dabe habis terjual, dengan rata-rata pembelinya dari kalangan pejabat, seperti kapolda, polres tikep, dan Kejaksaan Negeri.” Ungkapnya saat ditemui di sentra promosi Rabu (02/03/22).

Selain itu, di tahun 2023 sentra promosi UMKM Fola Doyo akan mengikuti pameran di Korea dan semua produk didalamnya diikutsertakan.

Sementara produk lainnya seperti Gula Merah (aren) Akelamo sudah mengikuti pameran di Batam.

“Mereka membelinya disini Rp25 ribu kemudian menjualnya dipameran di Batam seharga Rp250 ribu. Mereka sangat menghargai produk disini”. Ungkapnya.

Ia menambahkan semua produk di sentra promosi UMKM menggunakan lebel berbahasa Tidore serta bahan baku produksinya berasal dari Tidore.

Ia mengaku pernah ditawari bahan baku produksi dan produk dari Ternate namun dirinya menolak karena menurutnya jika bahan dari luar masuk maka produk yang berasal dari Tidore kalah saing.

Ia juga mengatakan, ada beberapa produk dari UMKM selain Fola Doyo miliknya yang belum memiliki lebel akan tetapi dirinya bersedia membantu sampai memiliki lebel.

“Saya akan membantu produk lainnya agar punya lebel dan dapat izin dagang bahkan mendapat status halal dari MUI”. Katanya mengakhiri. (tr-04)

 

Penulis : M Rahmat Syafruddin | Editor : Ibrahim