TERNATE (kalesang) – Di tengah-tengah ekonomi dalam keadaan sulit, ditambah lagi dengan harga kopra di Kabupaten Halmahera Utara (Halut), Provinsi Maluku Utara terjadi terjun bebas.
Sebelumnya, harga kopra di Halut dibeli dengan harga Rp6.000 per kilogram, saat ini turun menjadi Rp5.300-5000 per kilogram.
Berdasarkan data yang diperoleh kalesang.id melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian Halmahera Utara, pada Selasa (4/10/2022) bahwa, harga kopra di beberapa kecamatan di Halut alami penurunan harga yang cukup drastis.
Di antaranya Rawajaya, harga kopra dibeli dengan harga Rp5,300 per kilogram, pala Rp105 ribu per kilogram, fuli pala Rp240 ribu per kilogram, cengkeh Rp104 ribu per kilogram, coklat Rp26 ribu per kilogram.
Wasio, harga kopra Rp5,200 per kilogram, pala Rp95 ribu per kilogram, fuli pala Rp230 ribu per kilogram, cengkeh Rp104 ribu per kilogram, coklat Rp23 ribu per kilogram.
Gosoma, harga kopra Rp5,200-5000 per kilogram, pala Rp105 ribu per kilogram, fuli pala Rp235 ribu per kilogram, cengkeh Rp104 ribu per kilogram, coklat Rp21 ribu per kilogram.
Lina Ino, harga kopra Rp5,100 per kilogram, pala Rp90 ribu per kilogram, fuli pala Rp230 ribu per kilogram.
Dokulamo, harga kopra Rp5,100 per kilogram, pala Rp92 ribu per kilogram, fuli pala Rp235 ribu per kilogram, cengkeh 104 ribu per kilogram, coklat Rp22 ribu per kilogram.
Samudha, harga kopra Rp5,100 per kilogram, pala Rp93 ribu per kilogram, fuli pala Rp235 ribu per kilogram, cengkeh Rp104 ribu per kilogram, coklat Rp22 ribu per kilogram.
Mahia, harga kopra Rp5,200 per kilogram, pala Rp95 ribu per kilogram, fuli pala Rp230 ribu per kilogram, coklat Rp23 ribu per kilogram.
Idhar Muhammad, salah satu petani kopra mengaku dirinya hanya bisa mengandalkan harga kopra. Jika harga kopra turun, maka berpotensi kebutuhan ekonomi terancam, karena ada anak yang sekolah.
“Kita hanya berharap ada perhatian pemerintah harga kopra jangan turun lagi seperti dulu, karena berpotensi anak kita bisa putus sekolah.” Kata Idham melalui sambungan telepon, Selasa (4/10/2022).
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Khairun Ternate, Muchtar Adam mengatakan, ekonomi global lagi mengalami resesi, ancaman ketersediaan pangan menghantui beberapa negara. Sehingga membuat ekonomi global lagi tidak bergairah.
Untuk Indonesia, lanjutnya, relatif masih aman. Tetapi diikuti dengan ambisi ekspansi fiskal pada infrastruktur yang membuat beban utang yang terus meningkat. Di saat yang sama pilihan kebijakan tidak pada mengurangi ekspansi infrastruktur justru yang dipilih pada pencabutan subsidi atas BBM.
“Subsidi BBM tidak semua dinikmati kelas menengah, ada juga kebutuhan kelas bawah, problemnya negara tidak memiliki data dan peta jalan yang jelas dan terukur sehingga membangun asumsi seolah-olah orang kaya penikmat subsidi, dalil ini digunakan untuk menghambat protes warga atas pencabutan subsidi BBM.” Katanya.
Sialnya, Muchtar menambahkan, saat subsidi BBM dicabut, harga mengalami kenaikan, kebutuhan konsumsi menjadi mahal. Harapan pada pendapatan justru mengalami tekanan di beberapa komoditi masyarakat Maluku Utara, seperti kopra, coklat, cengkeh dan pala, komoditas yang menjadi sumber pendapatan rakyat tergerus turun jauh.
“Rakyat Maluku Utara tidak hanya mendapat efek kenaikan harga, tapi juga kena penurunan harga komoditi, sebuah jepitan ekonomi uang miskin masyarakat yang bermukim di Halmahera.” Bebernya.
Saat yang sama, kata Muchtar, waktu dekat saudara yang beragama Kristen lagi menghadapi perayaan natal. Tentu kebutuhan meningkat, sedangkan sumber pendapatan menipis.
”Harga mencekik rakyat, yang tersisa hanya kemiskinan dan tidak berdayanya rakyat menghadapi kondisi keterpurukan ekonomi.” Pungkasnya.(Yunita Kaunar)