Membaca Realitas
728×90 Ads

Arlina; Wanita Paruh Baya Menggantungkan Hidup Dengan Berjualan Kangkung

TERNATE (kalesang) – Sore itu terik matahari masih menyengat tubuh, wanita paruh baya dengan wajah lusuh menggantungkan hidup dengan mengandalkan ladang kangkung.

Ladang kangkung menjadi primadona, juga tumpuan hidup bagi petani di Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan, Kota Ternate  Maluku Utara. Rabu (26/10/2022).

Dari kejauhan mata ini disuguhi dengan  hijaunya ladang kangkung yang merambat, sambil menikmati angin sepoi-sepoi, meski sudah sore panas matahari masih terasa perih ketika menyengat kulit.

Arlina (53) adalah satu dari sekian banyak warga kelurahan Gambesi yang berprofesi sebagai petani kangkung, sedang sibuk membersihkan ladangnya, sambil berjongkok sesekali menyeka keringat di dahinya.

Lahan yang panjang sekitar 12 meter dan lebar 10 meter itu menjadi tumpuan hidup keluarga Arlina wanita separuh baya tersebut.

Arlini memiliki tiga anak, dua diantarany masih duduk di bangku SMA semantara anak ke tiga duduk di bangku sekolah Dasar (SD).

Arlina mengandalkan ladang kangkung, sebagai tumpukan hidup dan pendidikan ketiga anaknya.

Setiap harinya Arlina bersama, suaminya bekerja sama untuk mengolah ladang kangkung tersebut, dari merawat hingga panen dan dijual ke pasar. Wanita paruh baya ini mengaku, hanya pekerjaan ini saja yang membantu semua kebutuhan ekonomi mereka sekeluarga.

Arlina bersama suaminya di lahan. Ia bertugas memotong kangkung dan suaminya memungut kangkung yang sudah dipotong untuk dibawa pulang kerumah. Hal ini dilakukan bersama setiap hari setelah shalat Ashar.

“Lahan ini milik Bapak saya yang lama ditinggal, kemudian digarap lagi dan di tanami sayur kangkung.” Ungkapnya pada kalesang.id.

Arlina menjelaskan, untuk mendapatkan hasil panen banyak dan kualitas kangkung yang baik, sebelumnya, lahan harus diolah dengan pupuk. Setelah itu, tanah dibiarkan dua atau tiga  hari kemudian dilakukan penanaman.

“Tidak butuh waktu lama untuk panen, karena ketika sudah dipanen sebelumnya, hanya butuh waktu seminggu agar tunasnya tumbuh lagi.” Katanya.

Perempuan berkulit sawo matang ini, mengatakan, menjadi petani kangkung sudah lama ia geluti bersama suami, tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan. Sambil tersenyum manis, sembari memotong satu persatu kangkung dengan pisau di genggamannya.

“Untuk penghasilan, tergantung dari banyaknya panen, kalau sedikit biasanya Rp500 ribu, kalau banyak bisa sampai sejuta.” Ungkapnya. 

“Alhamdulillah dengan bertani kangkung bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan tentu anak-anak bisa bersekolah.” Katanya

Perempuan paruh baya ini mengaku pernah terjadi gagal panen, hal ini disebabkan oleh cuaca, ketika musim kemarau daun kangkung menjadi menggumpal dan berwarna kuning, bahkan ketika hujan hal yang sama akan terjadi.

Ia juga menjelaskan ketika memotong kangkung tidak boleh menggunakan tangan kosong misalnya dengan menggunakan kuku daun kangkung akan menggumpal dan lama untuk tumbuh, harus menggunakan pisau itu lebih baik.

Kangkung yang dipotong kemudian dibawa kerumah, ini adalah tugas suaminya. Jarak antara rumah dan ladang hanya berkisar 200 meter.

Hasil panen kemudian dijual langsung oleh Arlina, di Pasar Higienis Kelurahan Gamalama, Ternate Tengah, Maluku Utara. perikat dihargai Rp 5ribu.

“Jadi setiap Subuh, saya sudah berangkat ke pasar, menggunakan mobil angkutan yang sudah menjadi langganan kami ibu-ibu penjual di Pasar.” tambahnya

Sebelum pergi biasanya ia menyiapkan keperluan anak-anak sekolah juga kebutuhan suaminya.

“Pulang jualan waktunya tidak menentu, dagangan habis baru saya bisa pulang.” Pungkasanya. (tr-04)

 

Reporter: Siti Halima Duwila

Redaktur: Yunita Kaunra

300×600
728×90 Ads