Membaca Realitas

BEM FPIK Sesalkan Sikap BEM Universitas Khairun Ternate

Kalesang – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Khairun (Unkhair) menyayangkan sikap yang diambil oleh BEM Universitas Khairun Ternate, yang merespon terkait dugaan pelanggaran netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN).

Sebagaimana diketahui, Ketua BEM Unkhair Ternate, M. Fatahuddin Hadi sebelumnya turut mengkritisi dugaan keterlibatan PJ Sekretaris Daerah Maluku Utara, Abubakar Abdullah, terkait netralitas ASN.

Atas hal itu, Ketua BEM FPIK, Haryogi Upara, lantas mengkritik Presiden Mahasiswa (Presma) Unkhair karena dinilai lebih memprioritaskan isu politik ketimbang persoalan mendesak yang menyangkut kesejahteraan masyarakat di Maluku Utara.

“Kelangkaan BBM, isu PPN 12%, serta krisis lingkungan yang terjadi di Maluku Utara seharusnya menjadi perhatian utama. Namun, yang disoroti justru kepentingan politik yang subtansinya bersifat oligarki pertambangan.” Tegasnya, Selasa (26/11/2924)

Haryogi mengatakan, seorang pemimpin mahasiswa semestinya tetap netral agar tidak terkesan memihak terhadap kandidat tertentu dalam situasi politik.

“Sebagai mahasiswa, kita harus mampu memposisikan diri secara objektif dan memberi kontribusi terbaik untuk pendidikan politik kepada masyarakat.” Ucapnya.

Haryogi juga menyoroti bahwa saat ini terdapat 127 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang tersebar di 9 kabupaten yang berpotensi kuat dapat merusak lingkungan di Maluku Utara.

Tidak hanya itu, keberadaan PLTU Tidore yang berlokasi dekat dengan permukiman menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar serta ekosistem perairan Tidore, Maitara, dan Ternate. Namun, BEM Unkhair belum memberikan tanggapan atas permasalahan tersebut.

“Pola pikir yang kritis dan paradigma yang baik harus dikedepankan oleh seorang pemimpin mahasiswa. Saya sangat kecewa karena Presma lebih merespons isu politik oligarki dari pada memperjuangkan masalah ekologi, demokrasi, dan tata kelola pemerintahan, sebagaimana yang dijanjikan saat pelantikan.” Ujarnya.

Haryogi juga mengingatkan bahwa pentingnya menjaga idealisme mahasiswa, terutama dalam menghadapi dinamika politik.

“Idealisme adalah keistimewaan terakhir yang dimiliki mahasiswa, dalam momen politik, kita harus netral dan tetap menjadi penyambung lidah rakyat.” Tutupnya.

Reporter: Djuanda

Editor: Redaksi