KALESANG – Puluhan dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate menggelar aksi solidaritas menuntut pembayaran Tunjangan Kinerja (Tukin) Aparatur Sipil Negara (ASN) yang belum dibayarkan sejak lima tahun terakhir, terhitung sejak 2020.
Dalam aksi tersebut, para dosen membentangkan spanduk bertuliskan “Dosen Sejahtera, Pendidikan Berkualitas” dan “Pemerintah Harus Peduli pada Kesejahteraan Dosen” sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan.
Petisi dan Tuntutan
Aksi diawali dengan pembacaan petisi oleh Dekan FIB Unkhair, Nurprihatina Hasan, yang mewakili Aliansi Dosen ASN Kemendikti Saintek Seluruh Indonesia (ADAKSI) Korwil Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Petisi tersebut memuat delapan tuntutan, di antaranya:
- Memohon kepada Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk menginstruksikan Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, serta kementerian terkait untuk segera membayar Tukin dosen.
- Mendesak Mendikti Saintek agar merealisasikan pembayaran Tukin dosen paling lambat Februari 2025. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, dosen berkomitmen untuk melakukan aksi mogok mengajar secara nasional hingga pembayaran terealisasi.

Koordinator aksi, Safrudin Amin, menegaskan bahwa protes ini merupakan bagian dari aksi nasional yang juga berlangsung di Jakarta dan berbagai daerah lain di Indonesia.
Ia menekankan bahwa aksi ini bukan bentuk perlawanan terhadap negara, melainkan upaya memperbaiki sistem dan menuntut keadilan.
“Kementerian lain sudah menerima Tukin sejak lama, sementara kami yang seharusnya mendapatkannya sejak 2020 hingga kini belum dibayarkan. Jika hak kami diberikan, kami bisa lebih fokus mengajar dan meningkatkan kualitas pendidikan,” ujar Safrudin.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa jika tuntutan mereka tidak direspons, kemungkinan besar akan ada aksi mogok mengajar secara nasional.
“Kami berharap mogok mengajar menjadi opsi terakhir karena kami mencintai mahasiswa dan institusi. Namun, jika tidak ada solusi, kami siap melakukan aksi boikot di semester berikutnya,” tambahnya.
Peringatan untuk Pemerintah
Aksi solidaritas ini ditutup oleh Gufran Ali Ibrahim, dosen FIB Unkhair sekaligus mantan Rektor Universitas Khairun (2009–2013).
Ia menegaskan bahwa aksi ini adalah alarm bagi pemerintah untuk segera bertindak.
“Ini adalah perjuangan melawan ketidakadilan. Kami tidak akan berhenti di sini. ADAKSI dan seluruh dosen ASN akan terus memperjuangkan hak kami, sembari tetap mendukung kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan pendidikan,” tegas Gufran.
Aksi para dosen ini menjadi pengingat bagi pemerintah bahwa kesejahteraan tenaga pendidik adalah faktor penting dalam menciptakan pendidikan berkualitas di Indonesia.
“Jika tidak segera ditanggapi, ancaman mogok mengajar dapat berdampak pada proses akademik di berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia,” pungkasnya.