KALESANG – Peristiwa ledakan speedboat RIB 04 milik Basarnas Ternate, Provinsi Maluku Utara banyak mendapat perhatian publik. Bahkan, Kepala Basarnas Ternate, Iwan Ramdani dinilai lalai dalam melakukan misi penyelamatan nelayan yang mengalami mati mesin di perairan Gita, Kota Tidore Kepulauan, pada Minggu, (2/2/2025) lalu.
“Misi penyelamatan oleh tim SAR Ternate harusnya lebih ikhtiar, karena kondisi cuaca yang kurang baik, apalagi misi pertolongan dilakukan pada malam hari, maka semestinya menggunakan kapal besar bukan speedboat yang tidak memungkinkan.” Kata Bahtiar Husni, praktisi hukum Maluku Utara, Selasa (4/2/2025).
Mengapa demikian, lanjut Bahtiar, Basarnas Ternate sendiri memiliki kapal Pandudewanata yang lebih besar dan memungkin keselamatan kepada tim penyelamat pada malam itu, sehingga ini menjadi pelajaran besar buat Kepala Basarnas Ternate.
“Jadi ini pelajaran untuk Kepala Basarnas Ternate, agar lebih jeli melakukan misi penyelamatan kedepannya. Kalau malam itu menggunakan kapal tersebut, dipastikan musibah tidak sampai mengakibatkan korban jiwa.” Tegasnya.
Menurutnya, dengan adanya peristiwa naas ini menunjukkan kalau Kepala Basarnas Ternate beserta anggotanya jelas tidak memperhatikan kapasitas speedboat serta kelengkapan dan atau peralatan keselamatan yang lengkap pada saat melakukan misi pertolongan ataupun pencarian.
“Kalau dibilang, mereka melakukan misi penyelamatan ini asal-asalan, karena dengan kondisi malam hari tetapi memaksakan menggunakan speedboat tanpa memikirkan keselamatan.” Ucapnya.
Bahtiar juga berharap, salah satu korban atas nama Sahril Helmi yang belum ditemukan hingga saat ini, Basarnas Ternate dan instansi terkait diminta untuk aktif melakukan pencarian.
“Kami berharap korban ditemukan dalam keadaan selamat dan kejadian ini menjadi bahan evaluasi Basarnas Ternate kedepan agar lebih berhati-hati.” Pungkasnya.
Untuk diketahui, dalam insiden meledaknya RIB 04 pada Minggu 2 Februari 2025, 11 orang menjadi korban. 7 orang selamat, 3 orang meninggal dunia dan 1 dikabarkan hilang, yakni jurnalis Metro TV, Sahril Helmi.
Reporter: Djuanda
Editor: Whendi