Membaca Realitas

Peran Ayah Dalam Membangun Sinergitas Orang Tua dan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Pada Telkom School Ternate

Oleh : Arsad Suni

A. Pendahuluan

Era digitalisasi merupakan masa dimana semua aktivitas kehidupan dalam pemenuhan segala bentuk kebutuhannya, termasuk kebutuhan kasih sayang orang tua diperankan mengikuti kemajuan teknologi informasi terkini dan terbarukan.

Berkembangnya teknologi mempermudah informasi yang diterima oleh masyarakat, sehingga orang tua di tuntut untuk mengikuti kemajuan teknologi dan informasi yan terjdi dengan mengakses informasi-minformsi terkait dengan peran orang tua umummnya dan khususnya peran ayah dalam pengasuhan anak. Ayah sebagai pasangan orang tua anaknya, harus mampu melakoni perannya selaku pendidik pertama dan yang paling utama di keluarganya, harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang tumbuh kembang anak.

Pertumbuhan menurut Soetjiningsih (2012), berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang(cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan yaitu bertambahnya kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan sebagai proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu hal yang penting di miliki dan dimengerti oleh orang tua. Pada saat anak menginjak usia sekolah, guru memegang peran kedua setelah orang tua, peran guru sangat penting dan mengemban tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak siswanya.

Dengan demikian, sangat perlu menjalin kekompakan dan komunikasi yang baik antara orang tua dengan guru, serta harus bekerjasama secara maksimal. Menurut Rizalie sebagus apapun sekolah, jika kurang komunikasi, kekompakan dan kerjasama yang baik antara guru dan para orang tua siswa, maka kita tidak bisa mengharapkan hasil pendidikan akan optimal.

Penting bagi orang tua dan guru sebagai pendidik bagi anak untuk membangun sinergitas dan komunikasi. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar anak dapat membantu mengawasi tugas dan pekerjaan rumah, memberikan dukungan saat anak sedang belajar, dan mendorong anak untuk mengembangkan minat dan bakat anak.

Komunikasi antara orang tua dan guru dapat memantau perkembangan akademik anak, memperoleh informasi tentang program pendidikan dan kegiatan sekolah, dan mengetahui cara terbaik untuk membantu anak. Namun hasil observasi yang dilakukan pada salah satu lembaga pendidikan di Pangandaran tahun 2023, diperoleh hasil masih rendahnya keterlibatan atau tingkat partisipasi orang tua, terutama kurangnya peran ayah dalam kegiatan di sekolah anaknya dengan alasan kesibukan dalam berkarir, sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk hadir pada acara yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, sementara program pendidikan anak yang berkualitas tinggi harus ada kesinambungan antara lembaga (sekolah) dan keluarga (orang tua).

Upaya yang harus dilakukan agar bisa menghadirkan kekompakan dan peran aktif orang tua, maka salah satu program yang diselenggarakan oleh pihak Telkom School Ternate adalah “Parenting” dengan mengusung tema “Peran Ayah Dalam Membangun Sinergitas Orang Tua Dan Guru Pendidikan Anak Usia Dini”. Tema ini sebagai bentuk apresiasi terhadap para ayah dalam rangka memeriahkan “Hari Ayah 2025”.

B. Pengasuhan Ayah (Fathering)

Merujuk pada keterlibatan aktif seorang ayah dalam berbagai aspek kehidupan anak, seperti memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan moral, serta dukungan emosional dan fisik, maka pengasuhan ayah (fathering) faktor penting dalam mendidik anak. Pengasuhan ini tidak hanya berarti “hadir secara fisik”, tetapi juga “hadir secara emosional” — mendengarkan, bermain bersama, dan membangun ikatan positif dengan anak. Sering kali, peran ayah dalam pengasuhan anak dianggap sekadar sebagai pendamping atau pelengkap.

Selama ini, pengasuhan anak selalu dianggap sebagai tugas utama ibu, sementara ayah lebih dikenal sebagai pencari nafkah. Akibatnya, keterlibatan ayah dalam membesarkan anak sering dipandang sebagai peran pembantu. Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa peran ayah dalam pengasuhan anak memiliki dampak yang signifikan. Bahkan, dalam Al-Qur’an, dialog antara ayah dan anak disebutkan sebanyak 14 kali, sementara dialog antara ibu dan anak hanya 2 kali. Ini bukan berarti peran ibu kurang penting, tetapi menunjukkan bahwa ayah sebenarnya memiliki peran yang sangat besar dalam membimbing dan mendidik anak.Lebih dari sekadar temuan ilmiah, Islam juga menempatkan ayah sebagai sosok yang bertanggung jawab dalam mendidik dan membimbing anak.

Ayah bukan hanya tulang punggung keluarga dalam hal finansial, tetapi juga pemimpin, pendidik, dan teladan bagi anak-anaknya. Lantas, seberapa krusial peran ayah dalam pengasuhan anak, dapat diuraiakan secara rinci sebagai tersebut:

1. Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak Usia Dini

  • Sebagai Figur Teladan (Role Model); anak-anak cenderung meniru perilaku ayah mereka, seperti cara ayah berbicara, bersikap, dan menyelesaikan masalah menjadi pelajaran langsung bagi anak dalam membentuk karakter dan kepribadiannya.
  • Mendukung Perkembangan Emosional Anak; ayah yang penuh kasih dan sabar membantu anak mengelola emosi dengan lebih baik, sehingga dengan kedekatannya itu biasanya anak lebih percaya diri, mandiri, dan mudah beradaptasi di lingkungan sosialnya.
  • Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak; bermain bersama ayah seperti bermain bola, bersepeda, atau permainan imajinatif akan melatih anak bekerja sama, berbagi, dan mematuhi aturan, yang merupakan dasar keterampilan sosial.
  • Menyeimbangkan Pola Asuh; kolaborasi antara ayah dan ibu menciptakan keseimbangan dalam pengasuhan. Ayah sering memberikan tantangan yang mendorong kemandirian anak, sedangkan ibu memberi rasa aman dan kasih sayang yang lembut. Kombinasi keduanya menghasilkan pola asuh yang sehat dan harmonis.
  • Mendukung Prestasi Akademik dan Moral Anak; penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki ayah aktif dalam pengasuhan cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dan perilaku moral yang lebih positif.

2. Dampak Positif Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak

  • Meningkatkan Kecerdasan Kognitif; Kehadiran ayah yang aktif sejak dini juga dikaitkan dengan performa akademik yang lebih tinggi. Studi menunjukkan bahwa anak yang sering berinteraksi dengan ayahnya memiliki perkembangan bahasa, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah yang lebih baik.
  • Mengembangkan Kesehatan Mental yang Lebih Baik; Anak yang memiliki ikatan emosional kuat dengan ayahnya cenderung lebih percaya diri, memiliki tingkat stres yang lebih rendah, dan lebih sedikit mengalami gangguan kecemasan serta depresi.
  • Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Empati; Ayah berperan penting dalam mengajarkan anak tentang interaksi sosial, mengelola emosi, dan memahami perspektif orang lain. Anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih mudah bersosialisasi dan memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain.
  • Membantu Regulasi Emosi dan Pengendalian Diri; Anak yang tumbuh dengan figur ayah yang suportif lebih mampu menghadapi konflik dan mengontrol impulsnya. Interaksi dengan ayah, terutama melalui bermain dan diskusi, membantu anak mengelola emosinya dengan lebih baik.
  • Membangun Sikap Mandiri dan Tanggung Jawab; ayah yang terlibat dalam pengasuhan sering kali mendorong anak untuk lebih mandiri dan berani mengambil keputusan. Anak-anak ini cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menjadi Role Model dalam Nilai-Nilai Moral dan Etika; keterlibatan ayah dalam membimbing anak, baik dalam aspek spiritual maupun sosial, juga mampu membantu menanamkan nilai-nilai moral yang kuat. Anak belajar dari sosok ayah tentang kejujuran, disiplin, dan etika dalam kehidupan.
  • Mengurangi Risiko Perilaku Menyimpang di Masa Remaja; kehadiran ayah memberikan rasa aman dan arah yang jelas bagi anak dalam menentukan sikap. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki hubungan baik dengan ayahnya lebih kecil kemungkinan untuk terlibat dalam kenakalan remaja, penyalahgunaan zat, disorientasi seksual, pergaulan bebas, dan sebagainya.

3. Kontribusi Ayah dalam Pengasuhan Anak

  • Menjadi Sosok yang Hadir Secara Emosional; ayah yang terlibat tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara emosional. Mendengarkan cerita anak, memberikan dukungan saat mereka menghadapi tantangan, serta menunjukkan kasih sayang melalui kata-kata dan tindakan, dan bukan sibuk menatap layar ponselnya.
  • Terlibat dalam Aktivitas Sehari-hari Anak; kegiatan sederhana seperti mengantar dan menjemput sekolah, membantu pekerjaan rumah, atau sekadar bermain bersama bisa membuat anak merasa lebih diperhatikan. Rutinitas ini juga mengajarkan anak tentang kedisiplinan dan kebersamaan dalam keluarga.
  • Menjadi Panutan dalam Nilai dan Akhlak; anak banyak belajar dari cara ayah bersikap dan bertindak. Oleh karena itu, penting bagi ayah untuk menjadi teladan dalam hal kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, serta adab dalam berinteraksi dengan orang lain, baik di lingkungan keluarga maupun sosial, termasuk interaksi dengan ibunya anak-anak (isteri).
  • Mendorong Kemandirian dan Keberanian Anak; ayah sering kali berperan dalam mengajarkan anak untuk mandiri dan berani mengambil keputusan. Baik melalui pola asuh yang suportif maupun dengan memberikan tantangan yang sesuai usia, ayah membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan daya juang yang kuat.
  • Menanamkan Nilai Spiritual dan Pendidikan Agama; Islam menyebutkan ayah memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing anak secara spiritual. Mengajak anak sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, serta memberikan pemahaman tentang adab dan akhlak. Semua bentuk perilaku ayah yang demikian itu disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Berikut adalah beberapa cara ayah yang menunjukan kontribusinya terlibat secara aktif dalam pengasuhan anak, yaitu: 1) luangkan waktu bermain setiap hari, walau hanya 15–30 menit; 2) dengarkan cerita anak tanpa menghakimi; 3) libatkan diri dalam rutinitas anak, seperti menidurkan, mengantar ke sekolah, atau membaca buku bersama; 4) tunjukkan kasih sayang secara terbuka melalui pelukan dan kata-kata positif, dan 5) berdiskusilah dengan ibu untuk menyamakan visi pengasuhan anaknya.

4. Tantangan yang Dihadapi Ayah dalam Pengasuhan

Ketidakhadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional, dapat memengaruhi keseimbangan perkembangan anak. Anak mungkin mengalami kesulitan mengontrol emosi, rendah diri, atau kesulitan menjalin hubungan sosial di kemudian hari.

Oleh karena itu, penting bagi ayah untuk hadir bukan hanya sebagai penyedia kebutuhan materi, tetapi juga sebagai sumber kehangatan dalam kasih sayang. Meskipun peran ayah dalam pengasuhan anak semakin diakui, namun masih ada berbagai tantangan yang membuat sebagian ayah kesulitan untuk terlibat secara optimal, di antaranya:

  • Ekspektasi sosial dan budaya yang masih kuat; Di banyak masyarakat masih menganggap bahwa peran pengasuhan anak masih lebih banyak dikaitkan dengan peran ibu, sehingga bagi ayah yang aktif mengasuh anak justru mendapatkan kritik karena “melanggar norma”.
  • Tekanan pekerjaan dan waktu yang terbatas; Banyak ayah merasa kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Namun, sebenarnya para ayah tak perlu khawatir karena yang paling penting adalah kualitas kebersamaan bersama anak. Ketika membersamai mereka, dengarkan anak dengan penuh perhatian, jauhkan distraksi, dan libatkan diri dalam aktivitas harian anak sebisa mungkin.
  • Kurangnya referensi atau role model; sebagian besar pria tumbuh dengan melihat ayah mereka sebagai sosok yang lebih banyak berperan dalam mencari nafkah dibandingkan mengasuh anak. Akibatnya, banyak ayah merasa kebingungan dalam menjalankan peran sebagai pengasuh karena kurangnya contoh atau panduan yang bisa dijadikan acuan.
  • Kesulitan mengekspresikan emosi; membangun ikatan emosional adalah salah satu aspek penting dalam pengasuhan anak, namun stereotip bahwa pria harus selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan membuat sebagian ayah kesulitan dalam mengekspresikan kasih sayang dan emosinya kepada anak.
  • Rasa takut gagal dalam mengasuh anak; beberapa ayah mungkin merasa kurang percaya diri dalam menghadapi tantangan pengasuhan, terutama jika mereka merasa tidak memiliki keterampilan yang cukup dalam merawat anak. Perasaan ini bisa membuat mereka menarik diri dan menyerahkan sebagian besar tugas pengasuhan kepada ibunya anak-anak.

C. Membangun Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak

Orang tua memegang tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi, karena orang tua memiliki kemampuan yang terbatas maka orang tua menyerahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan untuk membantu mendidik anak-anaknya. Guru tidak bertanggung jawab secara penuh, maka orang tua harus terlibat dalam program-program yang dibuat guru.

Keterlibatan orang tua sebenarnya bukan sesuatu yang sulit, jika orang tua memiliki kesadaran dan kemauan untuk mendukung keberhasilan anak dalam pendidikan. Orang tua mau terlibat aktif dalam pendidikan anaknya, baik dengan mendukung kegiatan sekolah maupun dengan mengawasi dan membimbing anak ketika berada di rumah, sehingga terdapat “sinergi antara sekolah dengan orang tua” dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan anak. Akan tetapi, secara faktual belum semua orang tua siswa memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak.

Sebagian orang tua enggan terlibat dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada sekolah. Padahal, ketika orang tua melibatkan diri dalam pendidikan anak, sejatinya orang tua sedang berinventasi untuk masa depan anaknya.

Prinsip pendidikan menurut Sadulloh (2018), menyebutkan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup sejak manusia lahir hingga tutup usia, pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di lingkungan keluarga.

Lebih lanjut disebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua orang, perlu adanya sinergi antara orang tua dengan sekolah. Hal ini didukung pendapat Haryanti (2019), bahwa mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah, mendidik anak membutuhkan ilmu pengetahuan, orang tua tidak bisa mendidik anak hanya berdasarkan pengalaman, karena mendidik anak pada zaman dahulu dengan zaman sekarang tentu berbeda

Berdasarkan uraian tersebut, penulis mencoba untuk memberikan pandangan bahwa, upaya membangun keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak merupakan suatu kajian yang menarik, maka sekolah memerlukan berbagai cara untuk melibatkan orang tua dalam pendidikan anak, dimana setiap sekolah tentu memiliki cara yang berbeda.

D. Kesimpulan

Sesungguhnya keterlibatan ayah selaku orang tua siswa dalam pendidikan anak bukan sesuatu yang sulit, jika ayah menyadari sangat penting kehadiranya terhadap setiap keberhasilan anak. Peran aktif ayah, menunjukkan adanya “sinergitas” antara orang tua dengan sekolah”. Namun, secara faktual belum semua ayah memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak.

Ketika ayah melibatkan diri dalam pendidikan anak, sejatinya ayah sedang berinventasi untuk masa depan anaknya. Sekarang kita sadar bahwa peran ayah dalam pengasuhan anak rupanya sangat besar. Ayah-ayah hebat mungkin harus bekerja dari pagi sampai petang, tapi menemani anak bermain, belajar, dan sesekali mengajaknya jalan-jalan juga tak kalah penting untuk kebahagiaan anak dalam kasih sayang seorang ayah.