Membaca Realitas

Virtual Reality: Upaya Pelestarian Cagar Budaya Ternate di Era Postmodern

Kalesang – Seminar bertajuk “Pemanfaatan Teknologi Digital Virtual Reality sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya di Era Postmodern” sukses digelar di Pendopo Benteng Oranje, Sabtu (22/11/2025).

Kegiatan ini diinisiasi oleh M. Utomo Hanafi selaku ketua panitia, dengan dukungan penuh dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXI Provinsi Maluku Utara.

Seminar ini bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung pelestarian kebudayaan.

Kegiatan menghadirkan dua narasumber, yakni Rinto Taib, S.Sos., M.Si. (Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Ternate) dan M. Fardiansyah (Mahasiswa Prodi Informatika Universitas Khairun), serta dibuka secara resmi oleh perwakilan BPK Wilayah XXI Provinsi Maluku Utara.

Acara dipandu oleh alumni Prodi Informatika Universitas Khairun sebagai master of ceremony sekaligus moderator. Puluhan peserta hadir dan mengikuti rangkaian kegiatan dengan antusias hingga akhir acara.

Dalam sambutannya, M. Utomo Hanafi menekankan pentingnya inovasi teknologi dan dukungan pemerintah dalam usaha pelestarian budaya.

Ia menjelaskan bahwa seminar ini digelar untuk memberikan wawasan kepada generasi muda mengenai bagaimana teknologi digital, termasuk Virtual Reality, dapat dimanfaatkan sebagai media pelestarian kebudayaan di Maluku Utara.

“Harapannya, melalui kegiatan ini para peserta memperoleh ilmu, ide, dan referensi untuk memanfaatkan teknologi digital dan VR guna menciptakan inovasi-inovasi baru yang lebih kreatif,” ujar Utomo.

Suasana Seminar

Sementara itu, perwakilan BPK Wilayah XXI Provinsi Maluku Utara, Iwan, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung keberlanjutan pelestarian budaya.

“BPK akan terus mendorong dan memfasilitasi para pelaku budaya, pemerhati, dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengembangkan pembinaan di bidang sumber daya manusia,” tegas Iwan.

Pada sesi materi, Rinto Taib menyoroti pentingnya mengangkat kembali narasi sejarah masa lalu dalam bentuk karya visual, terutama di tengah derasnya arus transformasi digital saat ini.

“saya rasa ini ide dan gagasan yang cukup penting di era digitalisasi, pentingnya narasi sejarah bisa kita visualisasi melalui teknologi.” Tuturnya.

Adapun M. Fardiansyah menjelaskan bahwa Virtual Reality (VR) merupakan teknologi yang memberikan pengalaman imersif di lingkungan digital.

“Kunci merealisasikan VR adalah niat dan usaha, yang kemudian melahirkan metode belajar, mencari tahu, dan eksekusi,” jelas Fardiansyah.

Menutup kegiatan, para peserta berharap seminar seperti ini dapat menjadi katalis bagi generasi muda untuk semakin kreatif memanfaatkan teknologi, termasuk VR, demi keberlanjutan dan pewarisan nilai-nilai budaya Maluku Utara.

Reporter: Nur Imaniar Naraya

Editor: Wendi Wambes