TERNATE,Kalesang – Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Maluku Utara pada November 2025 mengalami penurunan sebesar 1,13 persen dibandingkan Oktober 2025, yakni dari 105,58 menjadi 104,38.Penurunan ini terutama dipicu merosotnya kinerja subsektor tanaman hortikultura.
Statistisi Ahli Madya BPS Maluku Utara, Evida Karismati, menjelaskan bahwa penurunan tersebut berdasarkan hasil pemantauan harga perdesaan di tujuh kabupaten.
“Penurunan NTP pada November 2025 disumbang oleh tiga subsektor, khususnya tanaman hortikultura yang turun cukup dalam sebesar 5,52 persen,” ujar Evida Senin (1/12/2025).
Baca Juga : Inflasi Maluku Utara Naik 1,13 Persen pada November, Dipicu Tarif Pesawat dan Harga Ikan
Selain hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga mengalami penurunan sebesar 1,01 persen dan subsektor peternakan turun 0,63 persen.
Sementara itu, dua subsektor justru mencatatkan kenaikan, yakni tanaman pangan sebesar 0,18 persen dan perikanan sebesar 0,69 persen.
Secara umum, Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada November 2025 tercatat turun 0,92 persen, dari 133,46 menjadi 132,24. Penurunan It terjadi pada empat subsektor, yakni hortikultura sebesar 5,30 persen, perkebunan rakyat 0,72 persen, peternakan 0,43 persen, serta perikanan 0,05 persen.
“Hanya subsektor tanaman pangan yang masih mencatatkan kenaikan It, yakni sebesar 0,45 persen,” terang Evida.
Di sisi lain, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) justru mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen, dari 126,41 pada Oktober menjadi 126,69 pada November 2025. Kenaikan Ib terjadi pada subsektor tanaman pangan 0,27 persen, hortikultura 0,23 persen, perkebunan rakyat 0,29 persen, serta peternakan 0,20 persen. Adapun subsektor perikanan mencatat penurunan Ib sebesar 0,74 persen.
Tanaman Pangan Naik, Hortikultura Tertekan
Pada November 2025, NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat naik 0,18 persen. Kenaikan ini dipicu meningkatnya It sebesar 0,45 persen yang lebih tinggi dibanding kenaikan Ib sebesar 0,27 persen.
“Kenaikan It pada tanaman pangan terutama didorong oleh meningkatnya harga komoditas palawija, khususnya ketela pohon dengan kenaikan rata-rata 0,83 persen,” jelas Evida.
Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Hortikultura (NTPH) justru tertekan cukup dalam dengan penurunan sebesar 5,52 persen. Penurunan tersebut terjadi akibat turunnya It sebesar 5,30 persen, sementara Ib justru naik 0,23 persen.
“Harga sayur-sayuran seperti tomat dan cabai rawit turun hingga 7,41 persen, sementara kelompok buah-buahan, terutama jeruk, turun 2,14 persen,” ungkapnya.
Kenaikan Ib pada subsektor hortikultura dipengaruhi oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,28 persen, meskipun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami penurunan 0,13 persen.
Turunnya NTP pada November 2025 ini menjadi sinyal adanya tekanan terhadap daya beli petani di Maluku Utara, khususnya pada subsektor hortikultura yang selama ini menjadi salah satu penopang utama ekonomi perdesaan di wilayah tersebut.
Reporter : Niar Naraya
Redaktur : Caca
