Oleh
Nurdafni K.Hamisi
Zaman berlalu begitu gesit dan lihainya
Perubahan datang tanpa mengiba kondisi sekitarnya
Pemuda sosialis menjadi individualis
Dari optimis menjadi apatis dan anti kritik
Kita semua menyaksikan segalanya
Segala yang disebut pura-pura
Pura-pura menangis untuk dikasihani
Bahkan menipu diri untuk tertawa agar tak terlihat terbengkalai
Dari sini kita paham, bahwa tak ada jeda air mata untuk membasahi
Ku tahu kita tahu
Kita mendengar derita dan jeritan tanpa suara
Di setiap aroma asap di dapur tungku mama-mama Halmahera
Bagaimana tidak?
Tanah nenek moyang, yang bernama Halmahera sudah ditelanjangi hutan-hutannya
Oleh mesin raksasa yang tak bisa dihancurkan hanya dengan air mata
Budaya dan adat istiadat leluhur telah diracuni
Dan sekarang, sekarat dan hampir mati!
Sio Jou Kolano, Ternatemu telah terluka sampai berdarah
Reklamasi marajalela
Pantaimu tak lagi sebening belasan tahun lalu
Hutanmu tak sehijau tempo dulu
Saloi para mama-mama sudah tak sepenuh dahulu
Sebab cengke pala telah beraroma debu-debu tambang yang berjejeran
Perempuan-perempuan negeri timur di pangkuan pertiwi sudah tak aman lagi
Predator selangkangan semakin buas dan berkeliaran
Siapa lagi kalau bukan lelaki tak bermoral, aparat, penegak instansi dan para jajarannya?
Demi nama baik instansi dan dengan asas kekeluargaan
Perempuan-perempuan negeri timur menjadi korban birahi
Demokrasi dibungkam
Mahasiswa diberi sekat untuk bersuara
Corong revolusi sudah tak terdengar lagi di arena perkuliahan
Dengan alasan mengganggu ketertiban?
Lucu sekali, apa kabar keamanan, kondisi fisik, dan jiwa para mereka yang tertindas?
Katanya penganut demokrasi
Tapi, ketika dikritisi, pura-pura tuli dan tak tahu diri
Padahal sebenarnya
Atas nama takhta dan kedudukan kalian bersaksi bahwa
Yang tertindas tak boleh bangkit dan bersuara
Demi karir, nama baik pribadi, dan instansi
Halmahera dan Kota kecil para Kolano
Harus selalu baik-baik saja
Sejarah, perjuangan, dan segala pertumpahan darah
Tak boleh dikotori dengan kerakusan dan ketamakan
Serta harus selalu menjadi tonggak keemasan
Demi terjaganya peradaban negeri timur di pangkuan pertiwi.