Membaca Realitas
728×90 Ads

Kota Ternate Masih dalam Puncak Musim Hujan Tahap 2

TERNATE (kalesang) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate memprediksi bulan Mei hingga Juni 2022 wilayah Kota Ternate dan sekitarnya masih masuk dalam kategori musim puncak hujan kedua.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate, Setiawan Sri Raharjo bahwa musim puncak yang kedua sebagai tipe hujan ekuatorial atau tipe curah hujan dengan bentuk dua puncak hujan.

“Artinya dia memiliki dua musim puncak hujan yaitu di bulan Desember – Januari dan yang satu di bulan Mei ataupun di bulan Juni.” Ucap Setiawan kepada Kalesang.id, Sabtu (28/5/2022).

Terkait dengan curah hujan yang melanda Kota Ternate beberapa hari kemarin, Setiawan menjelaskan bahwa di Kota Ternate sendiri masih terdapat pengaruh La Nina atau fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML), dimana intensitasnya anomali masih negatif yakni mines 0,5.

“Ini masih menguatkan adanya pergerakan masa udara dari wilayah Pasifik Timur menuju Pasifik Barat. Pasifik Barat ini termasuk Maluku Utara lebih khusus di Ternate.” Jelas Setiawan.

Selain fenomena La Nina, intensitas curah hujan di beberapa waktu lalu juga, kata Setiawan dipengaruhi radiasi matahari, dimana posisi matahari sudah memasuki wilayah bagian utara, sehingga di wilayah utara cenderung lebih hangat karena bertambahnya radiasi matahari.

“Sehingga di beberapa lautan di wilayah bagian utara, Lautan Pasifik sebelah utara dari Papua, sebelah Timur dari Filipina itu mengalami kenaikan SML.” Terangnya.

“Kenaikan SML ini mengakibatkan wilayah tersebut menjadi pusat-pusat tekanan rendah atau suhu tersebut memiliki tekanan rendah sehingga terjadi tarikan masa arus udara dari selatan menuju ke arah utara, dimana terjadi belokan angin.” Beber Setiawan.

Lanjut Setiawan, SML di wilayah Kota Ternate terutama di Laut Maluku masih anomali positif, artinya menguatkan adanya pertumbuhan uap air, kelembaban masih cukup kuat sehingga menjadi pemanasan lokal yang memicu pertumbuhan awan di Maluku Utara.

“Belokan angin dan labilitas yang kuat serta adanya lokal angin darat, gunung, lembah dan laut, ini mengakibatkan pertumbuhan uap air di wilayah Ternate dan menjadikan awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan sedang hingga lebat.” Tutur Setiawan.

Tambahnya juga, secara normal musim kemarau di wilayah Maluku Utara masuk pada akhir bulan Juli, hanya saja ada pergeseran atau gangguan masih cukup kuat dari wilayah Pasifik Timur dan Pasifik Barat ditambah dengan labilitas masih kuat.

“Kemudian SML di Laut Maluku ataupun Laut Halmahera masih beranomali masih cukup kuat, sehingga kita prediksi akhir musim penghujan atau masuk musim kemarau terjadi di bulan Agustus awal atau paling cepat diakhir bulan Juli.” Tutup Setiawan. (M-01)

 

 

Reporter : Rahmat Akrim

Redaktur: Wawan Kurniawan

728×90 Ads