Pernah Jadi Tukang Ojek, Pria Kepsul Ini Sudah Berpenghasilan Puluhan Juta
TERNATE (Kalesang) – Membangun usaha agar menjadi sukses tidak semudah membalik telapak tangan. Tetapi butuh kerja keras dan semangat yang tidak pernah pudar.
Di zaman ini, banyak sekali anak muda yang lebih cenderung menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Namun, tidak untuk pria asal Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul), Provinsi Maluku Utara, Jainudin Jainatin.
Jainudin lebih memilih menjadi pengusaha agar bisa mempekerjakan orang-orang di sekitarnya. Saat ini, pria kelahiran Desa Dofa, Kecamatan Mangoli Barat itu menjadi seorang pengusaha ayam goreng yang diberi nama Qiran Fried Chicken (QFC).
Sebelum terjun ke usaha QFC, Jainudin yang biasa disapa Beny itu menceritakan kisah perjalanan hidupnya, sejak masih duduk di bangku SMA, ia sudah ikut bekerja sebagai tukang pemasang tenda.
Setelah lulus SMA di tahun 2007, lanjut Beny, ia masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Ternate sambil jadi tukang ojek. Namun, anak kedua dari enam bersaudara itu harus putus kuliah lantaran sudah tak sanggup bayar biaya.
“Di saat kuliah, saya biayai sendiri, untuk bisa bertahan hidup di Ternate, saya jadi tukang ojek selama 4 tahun. Setelah jadi tukang ojek, saya pernah bekerja di KFC Jatiland Mall Ternate selama 1 tahun.” Kata Beny kepada kalesang.id, Senin (2/1/2023).
Baca Juga: Rima Jaozah Harap Markeast Jadi Penopang UMKM di Kota Ternate
Dari pengalaman yang didapatkan, pria 34 tahun itu menambahkan, tepat di tanggal 21 Mei 2013 ia memulai usahanya di Kelurahan Makassar Barat, Kecamatan Ternate Tengah.
“Setahun bekerja di KFC, saya kemudian memutuskan untuk berhenti dan membuka usaha sendiri dengan menggunakan gerobak.” Ungkapnya.
Pertama kali bikin usaha sendiri, kata Beny, ia pinjam uang temannya untuk dijadikan modal. Selain itu, pria satu anak itu mengaku telah pinjam BPKB motor teman untuk digadai.
“Dari modal awal tersebut saya hanya bisa membuat gerobak, belum bisa membeli barang untuk dijual.” Ucapnya.
Bermodal berani dan semangat, Beny pun memberanikan diri untuk pakai uang di setiap koperasi simpan pinjam. Karena masih kekurangan, Beny akhirnya gadaikan motor miliknya.
Baca Juga: Lia Djalaludin, Perempuan 23 Tahun Bangun Usaha di Kota Ternate
“Awal penjualan itu usaha saya selalu tersendat, karena modal yang masih kurang. Berjualan sehari, libur bisa sampai seminggu. Waktu itu jualan hanya 5 ekor ayam, tapi tidak terjual semua. Palingan hanya laris 2 ekor.” Bebernya.
Sekitar enam bulan berjalan dengan usaha kerasnya itu, Beny menyampaikan, tetapi bukan keuntungan yang didapatkan, malah lebih banyak rugi.
“Saya sadar kalau salah satu faktor dagangan laris itu kita lebih banyak berbagi ke orang-orang. Dari situ ternyata banyak orang yang mulai menyukai ayam kentucky saya.” Ujarnya.
Hingga saat ini, kata Beny, jumlah usahanya sudah sebanyak 13 tempat jualan ayam goreng yang tersebar di Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Kabupaten Halamahera Barat (Halbar) dan Kepulauan Sula.
“Di Ternate sendiri ada 9 tempat usaha ayam goreng, di Halsel ada 1 usaha, Halbar juga 1 dan di Kepulauan Sula ada 2 usaha ayam goreng. Saat ini sudah ada 20 karyawan.” Terangnya.
Jadi, kata Beny, ia pernah diajak untuk mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) yang mengumpulkan para wirausaha di Kota Ternate. Dari pelatihan ini ia pun memberanikan diri untuk ambil keputusan dengan mempercayai orang lain.
“Awalnya itu saya belum berani menaruh kepercayaan lebih ke orang lain. Setelah ikut pelatihan dari BI saya lebih paham. Bagaimana marketing penjualan dan segi pemasaran.” Jelasnya.
Baca Juga: Bermula Menjual Reseller Brand Skincare, Kini Chenk Ayu Punya Brand Sendiri di Kota Ternate
Dalam sehari, Beny menyampaikan, bisa habiskan 100 ekor ayam yang dibagi per ekor menjadi sembilan potongan. Satu potongan ayam Rp10 ribu. Jadi dalam sebulan keuntungan yang dihasilkan bisa capai Rp60 hingga Rp70 juta.
“Bangun sebuah usaha bukanlah hal yang mudah. Ada dua hal untuk bisa bertahan, modal dan niat yang perlu ditanamkan agar usaha tetap berjalan.” Katanya.
Tentu, kata Beny, modal sangat diperlukan membangun usaha. Namun kalau tidak dibarengi dengan niat, maka semuanya tidak akan bertahan.
“Yang saat ini menjadi pegangan saya adalah niat. Membangun usaha itu seperti kita berkebun, ketika menanam sesuatu kemudian gagal tumbuh, jangan pernah menyerah untuk terus menanam sampai mendapatkan hasilnya.” Bebernya.
Beny selalu mengajak anak-anak muda agar terus mengembangkan jiwa usaha dengan tidak hanya mengandalkan menjadi PNS. Dia harap usaha yang dibangun ini bisa membuka lapangan kerja bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama yang ada di Dofa dan Sanana.
“Semoga pemerintah ikut mendukung para pelaku usaha kecil, ini juga bisa bisa membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran.” Harapnya.(tr-04)
Reporter: Siti Halima Duwila
Redaktur: Junaidi Drakel