Membaca Realitas

Coba Peruntungan, Pemilik Sampalocoffee Ternate Ganti Nama Dkapita

Rhiscy: Bagi Saya Menjual Kopi di Kedai Tidak Harus Mahal

TERNATE (Kalesang) – Tumbuhnya kedai kopi di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut), seperti jamur di musim hujan.

Tentu, masing-masing dari pemilik kedai kopi memiliki strategi tersendiri dalam mencuri hati setiap pelanggan.

Rhiscy Fadil, satu di antara anak muda di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, yang sudah cukup lama terjun ke dunia bisnis kopi.

Tentu, Ikhi, sapaan akrab Rhiscy ini, tidak hanya belajar tentang bisnis. Tetapi, lelaki 34 tahun ini sangat pahak akan kualitas dari berbagai jenis biji kopi. Bahkan sampai ke akar-akarnya.

Baca Juga: Hobi Ngopi, Rio dan Istri Sukses Bangun Coffe Shop di Ternate dan Tidore

Di tahun 2014, Ikhi melihat peluang pasar di Kota Ternate begitu besar. Waktu itu, belum banyak kedai kopi, akhirnya lelaki satu anak itu memutuskan berbisnis kedai kopi yang diberi nama Sampalocoffee.

Dalam setiap usaha, jatuh bangun adalah hal yang biasa. Ikhi berhasil keluar dari segala gelombang cobaan.

Meski pernah beberapa kali ganti tempat, tetapi kedai Sampalocaffe terbilang cukup sukses selama 5 tahun.

Namun, kesuksesan itu tidak selamanya bertahan. Lantaran ada kendala dan hambatan yang membuat kedai itu harus ditutup.

Akhirnya, Ikhi memilih masuk kerja di salah satu perusahaan tambang yang ada di Maluku Utara.

Baca Juga: Dipaksa Kerja Kantoran, Wahyudi Pilih Usaha Kedai Kopi di Kota Ternate

Ceritanya tidak sampai di situ, tetapi karena semangatnya itu tak mudah padam, Ikhi keluar dari perusahaan tambang dan menjadi barista di beberapa kedai kopi.

“Jadi saya tidak hanya meracik kopi bagi pelayan. Tetapi salah satu strategi senangkan pelanggan, saya lakukan edukasi pengetahuan kopi kepada setiap orang yang datang.” Kata Ikhi, Jumat (6/1/2023).

Setiap pelanggan yang datang minum kopi, Ikhi mengatakan, pasti mendapatkan informasi mengenai biji buah kopi yang dihasilkan oleh petani.

“Jadi pengunjung akan dapatkan informasi edukasi biji kopi maupun takaran kopi yang pas untuk diminum.” Jelasnya.

Ikhi berharap dengan pengetahuan tentang kopi yang diberikan ini, masyarakat bukan hanya menikmati, tetapi juga mencintai kopi.

“Sabar dan tawakal yang menjadi pegangan saya hingga saat ini. Menyerah bukan jalan benar.” Ucapnya.

Baca Juga: Modal Gula 2 Kilo, Ne Gam Cahaya Ternate Hasilkan Banyak Produk

Tentu, lanjutnya, bangun sebuah kedai kopi ini, jika hanya kejar pasar, maka idealisme tentang kopi harus dikorbankan.

“Hal yang selalu saya pikirkan adalah agar orang yang ada di kedai ini bisa hidup.” Kata Ikhi.

Saat ini, Ikhi kembali kelola kedai sendiri. Tetapi tidak lagi dengan nama Sampalocaffe, tetapi kedai Dkapita.

“Kedai Dkapita itu saya dibantu oleh teman saya, yakni Imanullah Muhammad yang sediakan tempat di lantai dua pasar Rakyat Kota Baru.

Baca Juga: Lia Djalaludin, Perempuan 23 Tahun Bangun Usaha di Kota Ternate

Untuk pemasaran, kata Ikhi, dirinya lebih manfaatkan media sosial. Karena di zaman ini semua orang lebih cenderung gunakan media sosial.

“Bagi saya menjual kopi di kedai tidak harus mahal, tapi lebih ke bagaimana kita bisa sediakan tongkrongan yang bisa dinikmati semua kalangan dengan tetap pertahankan kualitas rasa.” Ujarnya.

“Saya harap ke depan pemerintah bisa sediakan tempat khususnya pelaku usaha warung kopi dan kue-kue khas Maluku Utara.” Harapnya.(tr-04)

 

Reporter: Siti Halima Duwila

Redaktur: Junaid Drakel