TERNATE (kalesang) – Pernyataan Wali Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, M. Tauhid Soleman kepada sejumlah media pada penghujung Desember 2022 lalu, terkait dengan investor yang kelola Stadion Gelora Kie Raha Ternate, ternyata putus di tengah jalan.
Pasalnya, pernyataan orang nomor satu di Kota Ternate ini telah berbanding terbalik dengan kenyataannya. Ini terbukti, setelah salah satu investor, yakni PT Malut Maju Sejahtera yang ingin mengelola Stadion Gelora Kie Raha, akhirnya dibuat kecewa oleh sikap Walikota, M Tauhid Soleman beserta jajarannya.
Investor yang ingin menjadikan Stadion Gelora Kie Raha sebagai homebase bagi klub bola baru asal Maluku Utara ini, bahkan telah menyiapkan rencana investasi senilai Rp10 miliar untuk merehabilitasi stadion kebanggaan warga Kota Ternate itu.
Dari nilai investasi tersebut, Rp3,4 miliarnya disiapkan untuk pengadaan rumput lapangan berstandar internasional. Hal ini diungkap oleh Asgar Saleh, selaku penghubung PT Malut Maju Sejahtera dengan Pemkot Ternate.
Asgar menceritakan, pada 27 Desember 2022 lalu, dirinya diminta pimpinan PT Malut Maju Sejahtera untuk melakukan pembicaraan dengan Walikota Ternate mengenai rencana investasi ini.
Pertemuan dengan walikota akhirnya dapat dilaksanakan pada 24 Januari 2023 lalu, dan Asgar pun langsung menyerahkan surat permohonan dari PT Malut Maju Sejahtera terkait pemanfaatan Stadion Gelora Kie Raha.
Saat itu, lanjut Asgar, walikota memberikan respon yang sangat baik. Bahkan, walikota memanggil Kepala Bagian Kerja Sama Setda Kota Ternate, Chairul Arif untuk memproses kerja sama tersebut.
Usai pertemuan itu, dua hari kemudian Asgar kembali diundang Sekretaris Daerah Kota Ternate, Jusuf Sunya untuk rapat bersama tim investasi daerah yang terdiri dari Dinas PUPR, Disperkimtan, Bappelitbangda, BPKAD, Kabag Hukum, Kabag Kerja Sama dan beberapa instansi teknis lainnya.
Baca Juga: Pemain Liga 1 Indonesia Minta Bupati Fifian Adeningsih Mus Kembangkan Sepak Bola di Kepulauan Sula
“Rapat itu kemudian menyimpulkan bahwa pemerintah kota akan menerima investasi untuk rehabilitasi dan pembangunan Stadion Gelora Kie Raha Ternate, yang tentunya disesuaikan dengan standar liga yang dikeluarkan oleh PSSI.” Kata Asgar dalam konfrensi pers di Hotel Gaia Ternate, Kamis (2/2/2023).
Setelah dua hari kemudian, lanjut Asgar, dirinya kembali menemui Sekda Jusuf Sunya dan meminta kepastian tentang rencana penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).
Sebab, dia menambahkan, berdasarkan Permendagri Nomor 22 Tahun 2020 tentang kerja sama antar pemerintah daerah dengan pihak ketiga diatur harus didahului dengan pembuatan MoU berikut tahapan-tahapannya yang lain, seperti harus adanya persetujuan dari DPRD Kota Ternate.
“Secara lisan sebenarnya saya sudah berkomunikasi dengan Ketua DPRD Kota Tetnate dan beberapa pimpinan DPRD, dan mereka rata-rata mendukung.” Ucapnya.
Mirisnya, dari semua tahapan koordinasi yang telah dilaluinya dan atas informasi dari Kabag Kerja Sama Setda Kota Ternate, Chairul Arif, bahwa penandatanganan MoU akan dilaksanakan pada 2 Februari 2022, ternyata tidak terwujud sebagaimana diharapkan.
“Atas dasar itu, kemudian saya meminta pimpinan kami Pak Dirk untuk datang ke Ternate agar menghadiri penandatanganan. Namun setelah itu sampai jam ini tidak ada respon dari pemerintah kota. Beberapa pejabat saya WA, saya telepon tapi tidak direspon, dan kabar tentang MoU itu tiba-tiba gaib.” Sesalnya.
Bahkan Walikota, M Tauhid yang dihubungi via pesan WhatsApp, kata Asgar, tidak memberikan respon. Sikap Pemkot Ternate ini jelas seperti telah mempermainkan investor.
“Karena itu kita merasa dipermainkan.” Keluhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dirut PT Malut Maju Sejahtera, Dirk Soplanit mengungkapkan, bahwa pihaknya ingin menggarap potensi yang dimiliki pemain-pemain sepak bola di Maluku Utara.
Bahkan, mereka menargetkan klub bola yang membawa nama daerah Maluku Utara ini langsung masuk dalam kompetisi liga 2, hingga menuju ke liga 1.
Untuk memantapkan kesiapan klub ini, lanjut Dirk, pihaknya ingin agar Stadion Gelora Kie Raha dapat dijadikan homebase. Tentunya, untuk memperoleh hak pengelolaan stadion yang merupakan aset Pemkot Ternate, ini harus mengikuti berbagai macam syarat dan ketentuan yang berlaku.
Selain itu, kerja sama yang direncanakan itu, kata Dirk, jika bisa berjalan mulus, maka sangat menguntungkan Pemkot Ternate. Sebab, hasil pengelolaan stadion, baik berupa penjualan tiket penonton, pengelolaan lahan parkir akan masuk sebagai pendapatan daerah.
Keuntungan lainnya, kerja sama yang tentunya memiliki batas waktu ini membuat aset yang dikembalikan seutuhnya dalam kondisi yang telah lebih baik dari sebelumnya.
”Belum lagi, dampak ekonomis bagi masyarakat sekitar stadion.” Bebernya.
Dirk mengaku awalnya sangat bersemangat, begitu mendapat informasi dari Asgar mengenai rencana penandatanganan MoU dengan Pemkot Ternate yang dijadwalkan hari ini, sehingga di tengah kesibukannya, Dirk pada Rabu (1/2/2023) langsung datang ke Ternate.
“Tetapi ternyata lain, dan harapan kita sampai dengan hari ini, jam ini, tidak ada respon sama sekali.” Ungkap Dirk.
Karena merasa telah dipermainkan oleh Pemkot Ternate atas janji yang enggan ditepati, Dirk menegaskan pihaknya sudah memutuskan tidak akan lagi melanjutkan kerja sama untuk penggunaan maupun pengelolaan Stadion Gelora Kie Raha.
“Kita close, tutup sudah, kita tidak menggunakan lagi stadion ini untuk menjadi homebase kita, dan mungkin sehari-dua kita akan membuat surat untuk menarik permohonan kita. Jadi kita akan mencari stadion lain, semisalnya yang ada din wilayah Sulawesi.” Pungkasnya.
Editor: Junaidi Drakel