Membaca Realitas

Oktober di Balik Jemari

Oleh: Burhanuddin Jamal
Oktober di balik jemari
Ia membawaku kepada lembaran silam
Senepan yang disandang begitu gagah
Berwibawa sekali para warisan berseragam loreng
Mengetuk pintu kesaktian di lubang buaya

Lalu datang juga kaum bersarung di musim luka
Pejuang-pejuang berpeci menghadang
Menjadi amanah yang terpatri sebuah keberadaan dasar negara
Dalam kebhinekaan walau menyayat duka
Elok mengetuk satu amanat leluhur
Warisan negeri ada lebih dari beribu karsa
Bermotifkan seribu rupa
Berhias dengan alis-alis rakyat kecil
Besar dari sabang sampai merauke
Rupawan menawarkan ketentraman penuh kasih.

Oktober di balik jemari
Kulihat sebutir bening rintik dipelupuk bumi
Tumpah airmata bahasa dalam sastra
Gairah makna keindahan dengan kata-kata ku ingat sumpahkan ikrar dalam sepi damai
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia
Mengaku berbangsa yang satu bangsa indonesia
Menjunjung bahasa persatuan bahasa indonesia
Kini waktu telah mengubah sumpah seperti tinggal sejara
Melambat punah seperti kebahasaan
Lalu seakan buram bagaikan batik di tubuh anak muda
Dengan Iman Ihsan semoga tak pecah
Satu Nusa
Satu Bangsa
Satu Bahasa
Indonesia.