Membaca Realitas
728×90 Ads

Mengenang Jejak Gereja Ayam di Kepulauan Sula

SANANA (Kalesang) – Jemaat Gereja Batu Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul), Provinsi Maluku Utara, awalnya beribadah di salah satu rumah yang terbuat dari dahan rumbia atau pohon sagu.

Gereja Batu atau Gereja Protestan Maluku (GPM) itu sebelumnya berada di Desa Mangon, Kecamatan Sanana.

Silvester Tampang, salah satu warga yang berasal dari Cina itu menuturkan, sebelum adanya bangunan gereja tersebut, para jamaat melaksanakan ibadah di salah satu rumah yang terbuat dari dahan rumbia.

“Jamaat Gereja Ayam sendiri kebanyakan berasal dari Kota Ambon yang bertugas di Sanana.” Katanya kepada kalesang.id, Sabtu (24/12/2022).

Baca Juga: Jelang Nataru Penumpang di Bandara Sultan Babullah Ternate Naik

Namun, lanjutnya, seiring berjalannya waktu, ada seseorang yang memberikan tanahnya kepada jamaat melalui hibah untuk mendirikan bangunan gereja sekira tahun 1956.

“Lokasi gereja itu berdekatan dengan Benteng De Verwachting Sanana. Kemudian pada tahun 1999 terjadi konflik, sehingga bangunan gereja sudah tidak lagi terurus, akhirnya pemerintah mengambil separuh lokasi gereja untuk membangun Istana Daerah.” Ujarnya.

Baca Juga: Polres Kota Ternate Turunkan 123 Personel untuk Pengamanan Nataru

Setelah pemerintah mendirikan Isda di lokasi gereja, Silvester menambahkan, sebagai penggantinya pemerintah daerah bertanggungjawab untuk mendirikan bangunan baru yang saat ini berada di Desa Fagudu, Kecamatan Sanana.

“Bangunan gereja baru itu dibangun sejak kepemimpinan Bupati Ahmad Hidayat Mus sekira tahun 2011-2012.” Ujarnya.

Baca Juga: Natal 2022, Ini Salah Satu Gereja Katolik Tertua di Maluku Utara

Sementara itu, Pendeta Gereja Ayam atau GPM, Meidy Latuhi Hamallo mengatakan, dirinya bertugas menjadi pendeta baru 10 bulan lalu. Bahkan, Meidy mengaku dia adalah pendeta yang kelima.

“Kalau soal berdiri gereja GPM di Kepulauan Sula saya juga belum tahu pasti. Sebab, saya juga baru jadi pendeta 10 bulan. Kalian harus tanya ke para Jamaat yang sudah lama di sini.” Jelasnya kepada kalesang.id, Jumat (23/12/2022).

Selain itu, kata Meidy, jumlah jamaat di GPM saat ini terdiri dari 37 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 201 orang. Para Jamaat sendiri tidak tersebar di daratan Pulau Mangoli seperti di Desa Falabisahaya, tapi hanya ada di Kota Sanana.

Baca Juga: Ini 2 Toko di Kota Ternate yang Jual Aksesoris Natal, Ayo Cek Harganya  

“Sebenarnya jamaat kami itu ada yang tetap dan juga tidak tetap. Kebanyakan yang tidak tetap itu dari kalangan  ASN dan TNI-Polri, kerena mereka terkadang pindah tugas.” Ucapnya.

Menjelang dua hari natal, Meidy mengaku mereka tidak menggelar pra natal. Karena jamaat hanya sedikit. Seharusnya, pra natal itu sudah dilaksanakan sejak Minggu Adventus, yakni minggu keempat November, tapi memang pihaknya tidak melakukannya.

Baca Juga: Syarat Wajib Perjalanan Jelang Natal dan Tahun Baru 2023

“Mengingat karena Jamaat kami sedikit makanya tidak ada kegiatan-kegiatan pra natal seperti para jamaat lain. Saya harap pada saat memasuki natal nanti menyambut dengan hati yang tenang, perayaan natal nanti dilaksanakan dengan damai. Kami minta dukungan dari saudara-saudara sekitar, sehingga pelaksanaan ibadah natal nanti dilaksanakan dengan suka cita.(tr-02)

 

Reporter: Karman Samuda

Redaktur: Junaidi Drakel

728×90 Ads