TERNATE (kalesang) – Nama wisata taman Love mungkin sudah sangat familiar di telinga masyarakat Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Taman Love yang berada di Kelurahan Moya, Kecamatan Ternate Tengah itu terletak di lereng gunung Gamalama, dan berada pada ketinggian sekitar 750 meter di atas permukaan laut.
Bahkan, keindahan taman Love tersebut mampu menghipnotis para pengunjung untuk melakukan swafoto bersama kekasih maupun sahabat dan keluarga.
Selain panoramanya yang indah dipandang, kebersihan lingkungan juga menjadi salah satu faktor tempat tersebut banyak dikunjungi masyarakat Kota Ternate pada akhir pekan.
Namun siapa sangka, di balik keindahan dan kebersihan taman Love itu, ada kerja keras dari seorang sosok bernama Hardi (60) dan keluarganya.
Memilih untuk bertahan hidup dengan kondisi seperti ini memang sulit dilakukan oleh banyak orang. Namun, hal itu dilakukan semata-mata demi memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.
Di usia Hardi yang sudah memasuki senja, harusnya bisa beristirahat dari pekerjaan berat, dan hidupnya menjadi tanggung jawab anak-anaknya. Namun, hal itu rupanya tidak berlaku bagi lelaki dari tiga anak tersebut.
Sejak pensiun di tahun 2020 sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Halmahera Barat, Hardi mulai mengelola lahannya untuk dijadikan sebagai destinasi yang diberi taman Love.
Saat ini, taman Love sudah dijadikan sebagai sumber pendapatan per hari dalam keluarga, meskipun tidak seberapa, tetapi mereka begitu bahagia menjalani kehidupan itu.
“Awalnya, inisiatif untuk buat destinasi ini dari tahun 2019 oleh Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara. Tapi mereka hanya buat panggung saja, yang diberi nama Taman Love itu.” Katanya sambil menunjuk tempat tersebut, Sabtu (4/3/2023).
Namun, seiring berjalan waktu, Hardi menceritakan, mereka sudah tidak lagi mau bekerja sama dengan pihak Dinas Kehutanan. Karena setiap kali membutuhkan anggaran untuk perbaiki fasilitas taman, jarang direspon oleh instansi tersebut.
“Kalau sekarang kita sudah tidak lagi kerja sama dengan Dinas Kehuatanan Maluku Utara, itu sejak tahun 2022 kemarin. Makanya kita lebih memilih merawat taman ini dengan menggunakan anggaran seadanya.” Sebut lelaki kelahiran Moya itu.
Terlepas dari kerja sama tersebut, suami dari Naima itu kembali mendesain destinasi itu agar terlihat indah. Mulai dari membangun tempat duduk, menanam bunga, menyaipkan menu makanan dan snack, minuman dingin hingga kopi. Bahkan toilet umum juga disiapkan.
Tentu, semua tempat dan menu yang disiapkan itu untuk menjamin kebutuhan seluruh para pengunjung yang datang berlibur di taman Love apabila sewaktu-waktu diperlukan.
“Saya memilih untuk kembangkan usaha ini karena memang awalnya sudah ada, makanya saya lanjut menghiasnya, sehingga orang yang datang juga tidak cepat bosan.” Ucapnya sembari tertawa.
Lelaki lulusan STM Kota Ternate itu mengisahkan, untuk mengembangkan taman Love ini tidak segampang yang dipikirkan. Karena ia harus menyewa orang untuk membantunya membawa peralatan dan sejumlah menu ke lokasi tersebut.
Bayangkan saja, untuk bisa mencapai lokasi taman Love, mereka harus mendaki gunung yang memakan waktu berjam-jam. Apalagi ditambah dengan membawa sejumlah beban muatan.
“Jadi saya bayar orang yang ada di kampung, kan tidak mungkin saya angkat barangnya sendiri. Bahkan bahan menu yang kita beli di pasar itu saya sewa orang lagi untuk antar ke taman.” Tutur lelaki kelahiran 1962 itu.
Bukan hanya itu, mereka juga harus membuat sejumlah tangga di jalan yang memang dianggap sedikit rawan dengan menggunakan semen, sehingga apabila dilewati oleh para pengujung sudah tidak lagi susah.
“Saya juga harus keluarkan uang untuk membuat tangga-tangga tersebut. Biar ketika ada orang yang datang berkunjung mereka tidak merasa susah melewati jalur itu.” Katanya.
Sementara biaya pengeluaran untuk mengembangkan taman Love itu, Hardi yang memiliki tiga cucu itu menjelaskan, sejauh ini belum mampu menutupi modal awal yang sudah ia keluarkan.
“Setiap pengunjung yang datang kan mereka sering bawa snack sendiri, dan itu kita tidak bisa larang. Jadi kita hanya bisa berharap dari uang masuk sama menu-menu yang dipesan oleh pengunjung.” Ujarnya sambil menunduk.
Namun lelaki kelulusan tahun 1981 itu menambahkan, mereka juga mempunyai hasil tahunan sendiri dari tanaman di kebun, yakni pohon pala. Kata dia, hitung-hitung bisa menambah kebutuhan sehari-hari, biar sedikit.
“Saya juga ada kebun pala di beberapa tempat. Jadi setelah pensiun itu saya mulai fokus bangun hidup di taman dan kebun, karena ada hasil tahunan sedikit-sedikit.” Ungkapnya.
Kata Hardi, setiap orang pasti mempunyai rezeki masing-masing. Namun, rezeki itu datang manakala orang tersebut dapat berusaha dan menekuni pekerjaannya.
“Alhamdulillah, sejauh ini saya masih diberikan rezeki, biar sedikit-sedikit tapi saya sangat bersyukur. Karena rezeki itu datang kalau kita tetap berusaha dalam bekerja.” Tandasnya.(tr-01)
Reporter: Juanda Umaternate
Redaktur: Junaidi Drakel