Membaca Realitas

Bubarkan Massa Aksi dengan Sebilah Parang, Bupati Halmahera Utara Berikan Klarifikasi

TERNATE (kalesang) – Video berdurasi 1 menit 8 detik yang memperlihatkan Bupati Halmahera Utara, Frans Manery membubarkan massa aksi dengan sebilah parang viral di media sosial. Frans Manery pun memberikan klarifikasi soal video tersebut.

Dalam video klarifikasi yang dilihat kalesang.id pada Jumat (31/5/2024) malam WIT, Frans mengatakan, bahwa dirinya perlu memberikan penjelasan atau pernyataan terkait dengan video tersebut.

Frans menjelaskan, peristiwa itu berawal dari sekelompok massa aksi yang melakukan unjuk rasa di hari ulang tahun (HUT) Kabupaten Halmahera Utara. Dimana, pada Jumat (31/5/2024) sekira pukul 11.00 WIT massa aksi melakukan unjuk rasa di Kantor DPRD Kabupaten Halmahera Utara.

“(Aspirasi itu) sudah ditanggapi Ketua DPRD. Setelah dari DPRD, mereka lanjutkan lagi di Kantor Keuangan Daerah Kabupaten Halmahera Utara.” Ujar Frans dalam video klarifikasinya seperti dilihat kalesang.id.

“Pada saat itu di kantor tersebut (kantor keuangan), karena pegawai sebagian beragama muslim dan sedang melakukan salat mereka masuk dan mengobok-obok fasilitas kantor dengan membuang bunga, dan sebagian alat-alat yang ada di meja dibuang keluar.” Jelasnya.

Dari situ, lanjut Frans, massa aksi kembali melanjutkan unjuk rasa di Hotel Marahai di Jl. Kemakmuran Wosia, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. “Mereka (massa aksi) sudah ditegur pihak keamanan karena bertepatan dengan jam Salat Jumat.” Katanya.

“Kami menganggap bahwa ini sudah tidak terjadi aksi lagi.” Sambungnya.

Akan tetapi, Frans menambahkan, ketika dirinya mengikuti hasil pleno Pemilu 2024 yang digelar KPU di Hotel Greenland di Tobelo, Halmahera Utara, pasca keputusan Mahkamah Konsitusi (MK), tiba-tiba anaknya menelpon bahwa massa aksi sementara menuju ke rumah.

BACA JUGA: Viral! Bupati Halmahera Utara Kejar Massa Aksi dengan Parang

“Sekitar 15.30 sore WIT, anak saya telepon dari rumah, mengatakan, Papa mahasiswa yang melakukan aksi ini sementara menuju ke rumah.” Jelas Frans yang mengulang percakapan anaknya di telepon.

“Kebetulan di rumah itu ada acara makan. Ibu menjamu tamu yang kami undang untuk menghibur dalam acara HUT Kabupaten Halmahera Utara malam nanti.” Imbuhnya.

Setelah mendapat informasi tersebut, Frans melanjutkan, dirinya langsung keluar dari tempat pleno KPU dan menuju ke rumah. “Sebelum sampai ke rumah, sekitar 70 meter dari rumah, bertemu massa aksi yang hendak berunjuk rasa.”

Bupati dua periode itu pun menyebutkan, bahwa dirinya sempat menegur massa aksi secara baik-baik. Akan tetapi, kata dia, dirinya ditantang.

“Mereka (massa aksi) katakan kondisi keuangan seperti ini kenapa harus datangkan artis dan buang-buang uang. Terus saya bilang, ini kan hiburan dalam kaitan HUT. Tetap mereka mau melakukan orasi, sementara saya harus lindungi tamu kami. Tindakan yang saya ambil tadi sore, sebenarnya bukan sebagai Bupati, karena ini di kompleks perumahan saya dan tidak ada aparat kepolisian, sebab tidak ada yang menduga massa aksi akan ke situ. Saya membujuk mereka sekitar tiga atau empat kali untuk bubar.” Ucap Frans.

Karena tak bubar, Frans pun langsung mengambil parang yang ada dalam mobil untuk membubarkan massa aksi. Dimana, parang itu rencananya akan digunakan untuk tarian (cakalele) di acara HUT.

“Kalau dengan tangan kosong tidak mungkin mereka bisa kabur. Ya saya kejar. Mau tak mau saya harus kejar dengan parang. Untung mereka lari, kalau tidak lari dan nantang saya mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi. Jadi mungkin itu kronologisnya.”

Frans pun mengaku kecewa dengan tindakan seperti itu, dimana seluruhnya mahasiswa dan anak-anak muda yang mengatasnamakan Gerakan Mahasiswa Kristen.

“Yang didadanya terdapat salib, lalu tindakan mereka seperti itu, yang menggambarkan seakan-akan wilayah ini tidak nyaman dan aman. Makanya saya sudah tegur mereka baik-baik dan suruh kembali, tapi karena mereka tidak mau, ya selaku pimpinan di daerah terpaksa saya harus bubarkan.” Ucapnya mengakhiri.

Reporter: Rahmat Akrim

Editor: Redaksi